TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagi Iwan Mulyadi menjadi saksi Jokowi-Ma'ruf adalah berkorban sekaligus membalas kebaikan kebijakan Jokowi sewaktu masih Gubernur DKI Jakarta.
Kerjaan sopir pribadi di Perumahan Permata Buana, Jakarta Barat, terpaksa ia lepas agar total mengawal perolehan suara Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019.
Padahal, gaji sopir lebih besar dari apa yang ia dapat sebagai Koordinator Saksi TKN Jokowi-Ma'ruf untuk Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
"Kebetulan saya koordinator saksi, jadi memantau saksi-saksi yang di wilayah Dapil 10 Jakarta," cerita Iwan khusus kepada TribunJakarta.com, Sabtu (4/5/2019).
Terhitung dua minggu gabung sebagai saksi, Iwan masih kerja tapi merasa ada yang aneh. Satu sisi bekerja tapi satu sisi harus all out menjadi saksi sehingga harus ada yang dikorbankan.
"Saya pribadi kalau mendukung seseorang orang dan memang dia komit untuk warga, amanah, konsisten, saya akan berjuang habis-habisan."
"Akhirnya saya bismillah. Saya berhenti sebagai sopir. Saya ngomong dengan adik bos saya. Saya bilang mau berjuang nih untuk Jokowi-Amin," terang dia.
Alasan lainnya, Iwan menjadi saksi untuk memperjuangkan calegnya, yakni Ima Mahdiah dari PDI Perjuangan untuk Dapil Jakarta X.
Ima menjadi staf Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Persinggungan Ima dengan Ahok panjang, dimulai sejak masih mahasiswa di Universitas Paramadina.
• Pajang Foto Ahok di Spanduk Kampanye, Ima Mahdiah Ceritakan Suka Dukanya: Didebat Warga
• Cerita Caleg PDIP Kenal Sosok Ahok, Berawal dari Tugas Kampus, Kerja Bareng hingga Jadi Timsesnya
"Akhirnya saya berhenti tuh, saya enggak mikir lagi tuh keluarga bagaimana. Sebelumnya saya sudah ngomong dengan istri saya. Terserah ayah, insya Allah ke depannya kalau rezeki Allah sudah atur, kita bismillah sajalah kita berjuang untuk orang yang benar," kata Iwan.