News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tensi Politik Naik di Awal Ramadan, Gus Nuril: Elite Politik Lebih Baik Fokus Beribadah Saja

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendiri Banser Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pemimpin Pondok Pesantren Abdurrahman Wahid Soko Tunggal, Nuril Arifin Husein atau Gus Nuril dalam acara Istighosah Kebangsaan Nahdliyin Jakarta, di Jalan Talang Nomor 3, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (5/2/2017) malam.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di bulan Ramadan seperti sekarang ini sebaiknya para elite politik stop memberikan pernyataan yang politis dan lebih baik fokus mencari berkah di bulan mulia.

Hal tersebut diucapkan KH Nuril Arifin atau akrab disapa Gus Nuril menyikapi naiknya tensi politik yang terus meruncing dengan banyak pernyataan kontroversial di awal-awal bulan Ramadan.

“Sudah cukup selama 11 bulan kita sibuk dengan politik, dengan duniawi. Sekarang saatnya kita menjadi kepompong selama bulan Ramadan. Khusyuk beribadah agar kita tidak kehilangan bulan Ramadan yang mulia ini hanya gara-gara menuruti pertengkaran elite politik,” kata ujar KH Nuril Arifin atau akrab disapa Gus Nuril, Selasa (7/5/2019).

Gus Nuril menambahkan, sebaiknya di bulan Ramadan ini para elite politik juga harus menahan diri dan lebih bersabar.

Baca: KPK Tetapkan Bupati Solok Selatan Murni Zakaria Sebagai Tersangka Korupsi Proyek Jembatan Ambayan

Baca: Keponakan Dewi Perssik Digosipkan Pacaran dengan Juara LIDA 2019, Fakta Ini Terkuak

“Ini saat yang tepat bagi para politikus untuk kembali kepada Allah. Bersabar. Agar selepas bulan Ramadan bisa menjadi kupu-kupu, terbang mensejahterakan Indonesia,” katanya.

Gus Nuril juga mengajak seluruh para pendukung kontestan pemilu, baik itu pendukung capres- cawapres maupun caleg, agar menanggalkan semua atribut dukungan dan kembali kepada komitmen awal sebagai warga bangsa Indonesia.

Sebab, konflik politik yang cuma datang lima tahun sekali ini tak ada artinya dengan perjalanan bangsa Indonesia selama puluhan tahun.

“Pemilu sudah selesai. Sekarang tidak ada lagi 01, 02, yang ada adalah akumulasi dari 01 dan 02, yaitu 03. Persatuan Indonesia. Petani kembali bertani, pedagang kembali berdagang, semuanya kembali kepada fitrahnya sebagai warga bangsa,” katanya.

Karena itu, kata dia, saatnya masyarakat melebur kembali menjadi satu, meramaikan masjid dengan ibadah, dan memperbaiki kembali ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathoniyah yang sempat koyak.

“Pilpresnya sekali dalam lima tahun. Tapi pertengkaran kita membuat putus persaudaraan selamanya,” katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini