TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa hari lalu sebuah video viral di jagat Twitter. Video berisi rekaman pemukulan seorang pria oleh sejumlah anggota Brimob.
Versi viral menyebut pria yang dipukuli adalah seorang anak berusia di bawah umur dan tewas.
Belakangan Polisi memastikan bahwa tidak ada korban tewas dalam insiden itu.
Lalu apa yang sebenarnya terjadi dan siapa orang yang dipukuli anggota Brimob itu?
Dalam rilis yang diterima Tribunnews, Sabtu (25/5/2019), peristiwa pemukulan dalam video viral, disebut berada di dekat Masjid Al Huda, Kampung Bali, Jakarta Pusat.
Lokasi tepatnya berada di Jl Kp Bali XXXIII No 3, RT 2 RW 10, Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Polri mengatakan peristiwa dalam video tersebut faktanya adalah penangkapan salah seorang perusuh di lokasi dekat Masjid Al Huda oleh Brimob.
Si perusuh juga disebut polisi masih hidup. Dia adalah Andri Bibir.
Peristiwa itu terjadi pada Kamis (23/5/2019) pagi.
Polri menegaskan narasi dalam video yang viral di Twitter adalah tidak benar alias hoax.
"Bahwa viral video berkonten dan narasi seolah-olah kejadian tersebut mengakibatkan korban meninggal dunia akibat tindakan aparat. Ternyata pada kenyataannya orang yang dalam video tersebut adalah pelaku perusuh yang sudah kita amankan atas nama A alias Andri Bibir," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (25/5/2019) dini hari.
Polisi menuturkan Andri Bibir, saat kerusuhan pada 22 Mei 2019, mempersiapkan batu-batu besar untuk para demonstran yang hendak membuat suasana kacau.
Andri juga membantu menyediakan air bilas untuk para demonstran yang terkena tembakan gas air mata dengan maksud agar kerusuhan berlanjut.
"Dalam kerusuhan tanggal 22 Mei Andri menyiapkan berbagai macam properti yang dia gunakan dalam rangka untuk melakukan kerusuhan dan penyerangan terhadap petugas antara lain batu. Batu itu disiapkan tersangka Andri Bibir untuk disuplai kepada teman-temannya yang melakukan demo. Demo ini tidak spontan, artinya by setting untuk menciptakan kerusuhan," jelas Brigjen Dedi Prasetyo.