Emil mengatakan, desain masjid yang ia buat selalu menyesuaikan konteks dan tak pernah ada repetisi yang sama.
Selain itu, ia kerap menggunakan beragam teori konstruksi, satu di antaranya metode folding architecture seperti lipatan origami yang diterapkan dalam konsep masjid Al Safar.
"Bahwa hasilnya seringkali dipersepsi ya karena hasil desain itu menghasilkan rumusan baru."
"Orang biasanya tidak terlalu nyaman terhadap sesuatu yang mereka tidak familiar."
"Ditafsirlah macam-macam," tuturnya.
Tak Bertentangan dengan Islam
Kontroversi dalam dunia arsitektur sudah sering terjadi.
Ia mencontohkan, Ghrekin Building di London yang sempat menuai kontroversi.
"Misalkan Gherkin Building di London itu bentuknya seperti termos, ada yang sebut mentimun, ada yang sebut porno, itu tak bisa dihalangi."
"Kalau terkait Al Safar ini ketidaksengajaan ada bentuk yang dipersepsi. Tidak diskenariokan dari awal dan tak ada kesepahaman kultural," jelasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ridwan Kamil Siap Jelaskan Desain Masjid Al Safar yang Kontroversial asal..."