"Perempuan bisa masuk tentara itu pasti hebat karena standarnya sama. Tentara perempuan jumlahnya tujuh persen, 93 persen (tentara laki-laki) lindungi yang perempuan," kata Joni.
Joni menambahkan bahwa persenjataan TNI saat ini sudah sangat modern dan canggih sehingga memenuhi kriteria untuk melindungi masyarakat sipil yang menjadi korban peperangan.
"Yang dibahas sekarang persenjataan kita makin modern dan canggih. Tinggal bagaimana kita mengamankan sipil korban peperangan atau masyarakat yang terlibat di daerah konflik," ujarnya.
Baca: Kondisi Terkini Wali Kota Surabaya Risma, Derita Sakit Mag dan Asma, Ditangani 15 Dokter Spesialis
Kepala Delegasi Regional untuk Indonesia dan Timor Leste Komite Internasional Palang Merah (ICRC) Alexandre Faite mengatakan bahwa pihaknya selalu berdampingan dengan pasukan perdamaian.
Kegiatan konferensi kali ini adalah bentuk kerja sama pihaknya dengan Indonesia dan PBB dalam upaya penanganan perlindungan terhadap sipil korban perang.
"Pasukan perdamaian selalu dibarengi ICRC, seperti di Afganistan dan Kongo. Kita bisa berhubungan di lapangan," ujarnya.
Selain interaksi di kawasan konflik, ICRC juga rutin berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam upaya kemanusiaan.
"Kita juga aka memasukkan pengetahuan tentang kemanusiaan dalam kurikulum pasukan penjaga perdamaian," ujarnya.
Acara yang berlangsung di Ruang Sumba Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, dihadiri sejumlah tamu undangan, di antaranya Wakil Sekretaris Jendral PBB untuk Operasi Perdamaian Jean-Piere Lacroix, Direktur Regional ICRC untuk Timur dan Tengah Robert Marsini, serta perwakilan tentara dari 28 negara.