TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Abdul Kadir Karding menilai ada sisi positif yang bisa diambil dari rencana Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) memasukan anak-anak muda di kabinet Kerja Jilid II.
"Tentu itu berdasarkan pengalaman lima tahun pada periode pertamanya," ujar Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini kepada Tribunnews.com, Rabu (3/7/2019).
Menurut anggota DPR RI ini, ketika Jokowi ingin sosok muda, maka itu berarti yang dibutuhkan kedepan adalah kabinet kerja yang cepat, dan deliver atau yang cepat mengeksekusi program.
"Dari hasil analisa itu tentu yang dibutuhkan adalah figur-figur yang memiliki kapasitas manajerial yang baik, kepemimpinan yang kuat, sekalius mampu mengeksekusi setiap program atau konsep, atau arahan dari pak Jokowi," jelas Karding.
Pasti imbuh dia, Jokowi sudah berhitung berdasarkan kebutuhan zaman kedepan, yakni kedepan kompetisi antarnegara-negara akan cukup kuat dan keras.
Karena itu dibutuhkan sosok-sosok yang lincah, energik dan seorang eksekutor. Sehingga seluruh pekerjaan dan ide, konsep dari Jokowi bisa cepat tereksesusi dan terealisasi.
"Dan anak muda ini dianggap bisa melaksanakan ide dan gagasan beliau. Anak muda, pasti lebih energik dan lebih lincah," jelasnya.
Selain itu ia juga melihat dari sisi kaderisasi atau regenerasi terjadi secara tepat di negeri ini, melalui pemilihan anak-anak muda masuk dalam kabinet.
Tentu ini akan sangat menguntungkan bagi bangsa ini di tengah surplus anak muda dan surplus demografi Indonesia.
"Ada baiknya juga dengan banyak menempatkan orang-orang muda di Kabinet, itu pak Jokowi sedang berpikir bagaimana melakukan kaderisasi dan regenerasi yang tepat di Indonesia. Sehingga anak-anak muda bangsa ini bisa menjadi anak-anak muda berdaya saing dengan bangsa lain," tegasnya.
Sosiolog UI: Kaum Muda Di Kabinet Jokowi- Maruf Akan Bawa Nilai Tambah
Ide Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) akan merekrut kaum muda untuk duduk di kabinetnya mendatang, patut diapresiasi.
Menurut Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI), Kastorius Sinaga, ide berani Jokowi itu tepat dengan dinamika tantangan dalam negeri dan global yang begitu dinamis saat ini.
"Seperti di berbagai belahan dunia seperti di Perancis, Austria, Kanada, generasi muda bahkan sudah tampil memimpin negara," ujar mantan penasehat Kapolri ini.
Energi positif kaum muda cukup relevan menjawab tren disrupsi global yang memang saat ini sangat cepat berubah.
Dari gaya kepemimpinan, lebih lanjut ia menjelaskan, kaum muda memang cenderung lebih progresif, lebih cekatan dalam mengambil keputusan.
Pun berjiwa “risk taker” atau berani mengambil risiko dalam menghadapi tantangan ataupun problem solving.
"Terobosan kepemimpinan demikian sangat dibutuhkan Indonesia di tengah kompleksitas persaingan global," tegas Kastorius Sinaga.
Namunpun demikian ide terobosan Jokowi untuk merekrut kaum muda di kabinetnya harus dilakukan lewat seleksi ketat. Bukan asal-asalan.
Apalagi bukan dalam rangka bagi-bagi kekuasaan atas imbal jasa politik ataupun atas dasar kompromi politik.
Bila itu yang terjadi, dia sangat yakin Indonesia memiliki stok kaum muda yang berkualitas dan memiliki kaliber internasional.
"Kaum muda yang berpotensi duduk di Kabinet harus benar-benar sudah terbukti memiliki profesionalisme tinggi. Juga punya integritas dan kapasitas yang sudah teruji di bidangnya baik di tingkat global namun sesuai dengan prioritas kepentingan nasional," tegas Kastorius Sinaga.
Representasi kaum muda di Kabinet akan menjadi ‘faktor akselerator’ untuk mengurai 'kemacetan' atau ‘bottleneck” di berbagai bidang termasuk di birokrasi pemerintahan demi kemajuan Indonesia.
Proses rekrutmen kaum muda di kabinet harus melewati uji seleksi kompetensi dan leadership ketat.
Bila tidak, Menteri kaum muda di Kabinet akan menjadi beban dan kelak bermasalah.
Khususnya bila mereka yang duduk di Kabinet hanyalah berkat hasil lobi dan “titipan” yang sekadar mengejar jabatan dan kekuasaan (power seeker).
"Contoh gagal kepemimpjnan dari kaum muda banyak kita jumpai di dunia partai politik dan Bupati, Walikota dan Gubernur di Indonesia yang ditandai dengan perilaku tak terpuji seperti korupsi," dia berpesan.
Ini tentu dilatari oleh berbagai faktor termasuk rentannya kaum muda untuk jatuh ke dalam kubangan godaan negatif kekuasaan.
Untuk itu dia berpandangan, Jokowi harus menyadari bahwa periode kedua kepemimpinannya adalah tenggang dimana dia akan meletakkan legacy (nilai-nilai utama) kepemimpinannya di dalam sejarah Indonesia.
"Ide merekrut kaum muda untuk masuk Kabinet adalah terobosan progresif yang akan dapat membawa nilai tambah bagi kemajuan Indonesia bila dilakukan lewat seleksi ketat bersifat objektif dan terbebas dari praktik nepotisme politik," tegasnya.
Jokowi Ingin Kabinet Diisi Banyak Kaum Muda
Presiden Jokowi mengaku tidak akan membedakan latar belakang profesional atau partai politik dalam menyusun kabinet pemerintah 2019-2024. Sebab, banyak juga kader partai politik yang merupakan profesional di bidangnya.
"Kabinet diisi oleh orang ahli di bidangnya. Jangan sampai dibeda-bedakan ini dari profesional dan ini dari (partai) politik, jangan seperti itulah, karena banyak juga politisi yang profesional," kata Jokowi dalam wawancara khusus dengan harian Kompas, Senin (1/7/2019).
Jokowi menyebut, setiap periode waktu, diperlukan kabinet yang berbeda karena tantangannya juga berubah.
Ia lalu mengungkapkan kriteria menteri yang akan mengisi kabinetnya ke depan.
Menurut Jokowi, para menteri yang mengisi kabinet baru nantinya harus memiliki kemampuan untuk mengeksekusi program secara tepat dan cepat.
Kedua, dia harus memiliki kemampuan manajerial. Kemampuan ini penting untuk bisa mengelola personalia dan anggaran sehingga organisasi kementerian itu betul-betul bisa efektif.
Ketiga, kabinet mendatang juga akan banyak diwarnai dengan anak-anak muda.
"Ya, bisa saja ada menteri umur 20-25 tahun, kenapa tidak? Tapi dia harus mengerti manajerial, dan mampu mengeksekusi program-program yang ada. Umur 30-an juga akan banyak," kata Jokowi.
Jokowi menyebut era globalisasi seperti sekarang diperlukan orang-orang yang dinamis, fleksibel, dan mampu mengikuti perubahan zaman yang sangat cepat sekali.
Sementara terkait kekhawatiran bahwa anak muda belum mempunyai pengalaman dalam manajemen pemerintahan, Jokowi menilai hal itu bisa diatasi dengan keberadaan para menteri koordinator.
Menko di empat bidang nantinya akan tetap diisi oleh senior yang sudah punya pengalaman panjang di bidang kerjanya.
"Saya kira tidak perlu kekhawatiran semacam itu," kata Jokowi.
Lalu, apakah Wapres JK dan pembantu-pembantu lainnya akan juga dilibatkan dalam periode mendatang?
"Saya kira semua yang masih bisa berkontribusi pada negara ini, apalagi Pak JK dengan pengalaman panjang di bidang politik dan ekonomi, saya kira negara ini sangat memerlukannya. Tugas kita bersama untuk bekerja sama dan membangun negara ini," jawab Jokowi.(*)