TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Baiq Nuril mengaku sempat putus asa di tengah upayanya menuntut keadilan terkait, tetapi dukungan kuat dari anak-anaknya membuatnya terus berani melangkah.
Bermula dari apa yang disebutnya sebagai pelecehan seksual yang kerap dialaminya, ibu tiga anak ini kemudian memberanikan diri untuk merekam pembicaraan antara dirinya dan atasannya lewat telepon.
Rekaman pembicaraan itulah yang kemudian dibeberkan dan diharapkannya menjadi bukti sekaligus menjadi keputusan terpentingnya untuk memberanikan diri untuk bersuara.
Baca: Jokowi Berencana Beri Amnesti ke Baiq Nuril, PDIP: Bentuk Perhatian kepada Perempuan
Baca: Perjalanan Panjang Baiq Nuril Mencari Keadilan...
Namun demikian, di sisi lain, keputusannya itu dianggap bermasalah secara hukum, sehingga dilaporkan atas sangkaan mendistribusikan atau mentransmisikan konten kesusilaan.
Dalam pusaran ketegangan seperti itulah, termasuk keberaniannya membuka kasus dugaan pelecehan seksual atas dirinya, membuata Baiq Nuril mengaku dihadapkan jalan terjal yang tidak gampang.
"... Saya ingin menyudahi ini semua, karena terlalu capek," ungkapnya dalam wawancara khusus dengan wartawan BBC News Indonesia, Silvano Hajid dan Oki Budhi, Selasa (09/07) di Jakarta.
Namun kehadiran orang-orang terdekatnya, termasuk anak-anaknya, juga sokongan berbagai pihak, menyadarkan Baiq Nuril untuk tetap berusaha tegar dan tetap kukuh untuk menuntut keadilan.
Rute penerbangan dari Lombok ke Jakarta harus dia jalani berkali-kali demi tujuan itu, sekaligus menyadarkan agar kaum perempuan berani melapor terkait kekerasan seksual yang dialaminya.
Dan pada Selasa siang (08/07), Nuril didampingi Rieke Diah Pitaloka termasuk pengacaranya, Joko Jumadi, terus menyuarakan tuntutannya agar Presiden Joko Widodo "turun tangan" dengan menurunkan amnesti setelah Mahkamah Agung menyatakan dirinya bersalah sehingga harus dihukum.
Dalam wawancara khusus dengan BBC News Indonesia, Baiq Nuril menyuarakan sikapnya agar kaum perempuan yang mengalami pelecehan seksual, untuk tidak diam dan berani berbicara.
Berikut petikan wawancaranya:
Selama perjalanan kasus ini, apakah anda optimistis dengan adanya opsi amnesti yang diberikan?
Sangat optimistis, harus optimistis.