2. Petani Milenial
Dikutip dari Kompas.com, Deddy Tri Kuncoro, petani muda dari Yogyakarta menyambut baik rencana Jokowi tetapi mengatakan bahwa petani butuh dukungan lebih dari infrastruktur.
"Lahan Semakin Mahal," katanya.
"jadi anak-anak muda akan semakin susah dapat lahan pertanian. Perumahan sudah mulai menyasar ketanah subur, bahkan yang awalnya hijau bisa jadi kuning."
Deddy yang memutuskan untuk resign dari bank tempatnya bekerja pada tahun 2016 dan fokus bertani mengatakan bahwa modal juga merupakan hambatan utama untuk petani muda.
Bank menilai pengajuan kredit berdasarkan pengajuan kredit berdasarkan penghasilan tetap.
Bagi petani yang umumnya tak memilikinya, kredit pengembangan usaha sulit.
"Petani juga bingung karena subsidi tidak pas. Harusnya subsidi bukan cuma di saprodi tapi di pasca panennya juga harus dipikirkan," jelasnya kepada Kompas.com, Senin (15/7/2019).
Ia mengatakan, saprodi (sarana produksi pertanian) juga semakin mahal, misalnya untuk pupuk dan pestisida.
Seharusnya petani didampingi untuk membuat sendiri pupuk dan pestisida alami.
Di luar soal produksi, Deddy mengungkapkan perlunya melatih petani untuk menganalisis permintaan konsumen sehingga bisa memenuhinya.
Untuk mendistribusikan produk, petani juga masih terkendala tengkulak.
Petani tidak bisa menghitung harga sehingga tidak tahu bahwa lahan milik sendiri dan tenaga sendiri harus juga dihargai.
Karena kompleksitas masalah pertanian, Deddy berharap agar rencana pengembangan infrastruktur hingga sawah-sawah disertai dengan pembangunan petani itu sendiri.