TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan bencana gempa bumi 7,2 SR (Skala Ritcher) di Halmahera Selatan pada Minggu (14/7/2019) diperkirakan menimbulkan kerugian mencapai Rp 920 miliar.
Menurutnya perhitungan itu masih kasar dan berdasarkan pada hitungan aplikasi Inarisk milik BNPB dan Kementerian ESDM.
“Kalau kerugian secara ekonomi belum dihitung detail, tapi menurut Inarisk ada potensi kerugian ekonomi mencapai Rp 920 miliar. Tapi itu dampak untuk seluruh Provinsi Maluku Utara, tapi kalau untuk Pulau Halmahera atau Halmahera Selatan bisa hanya setengah atau seperempat nya saja,” ungkap Agus Wibowo di Kantor BNPB, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2019).
Agus menerangkan kerugian secara ekonomi tersebut termasuk kerusakan 58 rumah akibat gempa tersebut di wilayah Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan.
Selain itu gempa tersebut juga menimbulkan korban meninggal dunia 2 orang dan jumlah pengungsi mencapai 2 ribu orang.
Untuk melakukan pendataan secara detail dan menyeluruh, Agus mengatakan Kepala BNPB Doni Monardo telah mengirimkan tim reaksi cepat ke lokasi terdampak bencana.
Baca: Besok Presiden Jokowi Beri Kuliah Umum di Sekolah Legislatif Partai Nasdem
“Tiga personil tim reaksi cepat sudah kami kirimkan ke lokasi terdampak bencana untuk melakukan koordinasi dengan instansi setempat serta melakukan pendataan. Bahkan kami sudah kirim tim dengan kelengkapan alat drone untuk memetakan secara detail dampak bencana itu di Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan. Lokasi bencana saat ini hanya bisa diakses melalui jalur laut,” pungkasnya.
BNPB menjelaskan bahwa gempa tersebut dirasakan hingga Gorontalo, Ternate, dan Sorong di Papua Barat.