Sementara dari pengamatan visual 22 Juli 2019 pukul 06.00 WIB, hasilnya menunjukkan adanya asap dari kawah utama bertekanan lemah-sedang teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal.
Angin bertiup lemah-sedang ke arah utara dan selatan.
PVMBG pun mengimbau kepada wisatawan yang berkunjung ke TWA Tangkuban Parahu untuk tidak mendekati Kawah Ratu dan Kawah Upas.
Selain itu, wisatawan dan pendaki diimbau juga memperhatikan kondisi cuaca ketika berada di kawasan kawah.
"Ketika cuaca mendung dan hujan diiimbau jangan berada di dekat kawah aktif dikarenakan terdapatnya gas-gas vulkanik yang membahayakan manusia," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi PVMBG, Hendra Gunawan.
Hendra juga mengingatkan kepada masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu serta wisatawan, pendaki dan pengelola wisata agar mewaspadai terjadinya letusan fratik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas.
Meski ada gejolak vulkanik, Hendra menjelaskan hal tersebut belum bisa dikatakan ada peningkatan.
Sebab, evaluasi dari PVMBG belum selesai mengumpulkan dan mengolah datanya.
"Dua minggu lalu pernah lebih besar lagi. Malah beberapa hari belakangan terus menurun sehingga status Gunung Tangkuban Parahu masih dalam level 1 atau normal," tuturnya.
Hendra mengungkapkan, aktivitas vulkanik di kawah Gunung Tangkuban Parahu selalu berulang setiap tahun.
“Kami belum tahu apakah surutnya muka air tanah karena musim kering berpengaruh terhadap kondisi yang terjadi saat ini di Gunung Tangkuban Parahu," tandasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Aktivitas Vulkanik Tinggi, Gunung Tangkuban Parahu Tetap Dibuka"
(Tribunnews.com/Sri Juliati)