Dengan persamaan matematik tertentu, model ini juga bisa melihat gelombang air merambat ke arah mana saja dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke pantai.
"Nah di pantai tingginya berapa (tsunami), kemudian sampai di pantai berapa menit. Itu semua kita hitung dan ini simulasi ya," ujar Widjo mengingatkan.
Selain mencari potensi gempa dan tsunami, Widjo menuturkan para ahli juga melakukan kajian bila air masuk ke daratan kira-kira jauhnya berapa kilometer, dan lain-lain.
Dengan ahli membuat simulasi besaran gempa dan tsunami, hal ini akan membantu mereka mengetahui seberapa besar potensi tersebut.
"Walaupun simulasi, jangan sampai salahnya lebih dari 20 persen," ujar Widjo.
Dalam melakukan riset, para ahli memiliki prosedur laboratorium dengan berbagai syarat ketat supaya tidak jauh perbedaannya dengan nanti di lapangan.
Syarat itu antara lain, data harus valid dan skenario yang dibangun harus menunjukkan skenario terburuk atau maksimum.
"Model simulasi seperti ini sangat bermanfaat karena sebetulnya di dalam mitigasi, yang paling penting di hulu atau awalnya, harus mengetahui ancaman potensi," ujar Widjo.
"Seperti khusus untuk selatan Jawa kemarin (magnitudo) 8,8. Kemudian hasil lain kira-kira tinggi maksimalnya (tsunami) 20 meter di sekitar DIY, 30 menit sampai di pantai, dan penetrasinya bisa tiga sampai empat kilometer," imbuh Widjo.
Widjo menceritakan, saat dia menjelaskan tak sedikit awak media yang menanyakan kapan hal terjadi.
Dia menjelaskan, untuk gempa dan tsunami tidak bisa diprediksi, tapi dicari bagaimana potensinya.
"Kalau parameternya waktu, untuk gempa bumi dan tsunami masih belum bisa," terang dia.
"Lokasi mungkin, kita bisa melihat potensi yang paling mungkin. Namun untuk kapan, tidak bisa dihitung meski ada siklusnya," imbuh dia.
Baca: WALHI: Tak Ada Sejarahnya Proyek Reklamasi Bicara Lingkungan Hidup
Widjo mengatakan, potensi ini dikeluarkan untuk membuat pemerintah daerah dan masyarakat saling bersiap.
Pemda memiliki anggaran untuk tanggap bencana, masyarakat pun siap dan tahu apa yang harus dilakukan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul : Selatan Jawa Berpotensi Alami Tsunami, Begini Cara Ahli Menghitungnya