TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi membeberkan kunci keberhasilan PDI Perjuangan memenangkan Pemilihan Legislatif (Pileg) pada 2014 dan 2019.
Menurut Burhanuddin, kunci pertama PDI Perjuangan berhasil mencetak kader-kader yang unggul di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Paska Pemilu 2009, PDI Perjuangan semakin agresif mencetak kader-kader internalnya yang dipersiapkan untuk Pilkada-pilkada.
Salah satunya Presiden Jokowi, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, serta, Djarot dari Bupati Blitar ke Gubernur DKI Jakarta.
Baca: Data Terbaru dari BNPB: 4 Orang Meninggal Dunia Akibat Gempa Banten
Hal itu disampaikan Burhanuddin saat diskusi bertajuk 'Akankah PDI Perjuangan Kembali Mencatat Sejarah Kemenangan di Tahun 2024' di kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (3/8/2019).
"Setelah 2009 Megawati menjadi semacam king maker. Mewakafkan diri sebagai partai yang mejadi kawah candradimuka melahirkan calon pemimpin bangsa dari tingkat lokal, lalu efeknya sampai tingkat nasional. Itu kemudian dipanen belakangan ini,"
Kedua, kata Burhanuddin, PDI Perjuangan berhasil mengaet pemilih muslim.
Ia mengatakan, pemilih NU yang memilih PDIP paling banyak pada Pemilu 2019, kedua baru PKB. Itu mungkin, lanjutnya, mengapa pdip menang di Jawa Timur.
Baca: Tingkat Ketuntasan Kasus Kejahatan Seksual Anak Hanya 50 Persen karena Budaya Tabu
"Profil pemilih muslim yang menjatuhkan pikiran ke PDIP terbesar paska2009. Kedua Muhammadiyah. Menurut saya, menarik PDIP berhasil menarik pemilih yang terasosiasi dengan ormas islam," jelasnya.
"Pemilih muslim 88 persen. Jadi tidak mungkin menang bila tidak mengantongi mayoritas suara pemilih muslim," tutupnya.