Wishnutama juga menilai dalam bisnis dengan dunia digital tidak hanya soal benda yang menarik untuk dijual akan tetapi melainkan jasa.
"Konten-konten yang bagus harus bikin, jangan sampai konten asing merajai di Indonesia, jadi bukan hanya benda-benda yang bisa di jual, tapi service, talenta, kreativitas," jelasnya.
Dia juga mengingatkan agar tidak hanya menjadi distributor prodak, melainkan memikirkan prodak yang mau dijual. "Jangan sampai Indonesia jadi target market negara lain juga, jadi incaran bangsa lain," pungkasnya.
Berbeda dengan Wishnutama. Erick Thohir mengatakan cita-cita masa kecilnya masih sejalan dengan apa yang dijalani saat ini.
Dia menuturkan, sedari dulu menyukai dunia olah raga dan menonton.
"Saya sendiri memang dari kecil senengnya nonton, aktif di olahraga. Karena itu akhirnya hanya fokus di media dan sport tadi," ujarnya.
Erick menyatakan cita-cita tidak akan pernah terwujud apabila hanya menjadi angan-angan apabila tanpa tindakan.
"Punya cita-cita, tidak punya disiplin, kerja keras, itu hanya mimpi," ucapnya.
Menurut Erick, saat ini Indonesia memiliki momentum yang baik. Sebab pemerintah mendukung adanya start up-start up baru dan jumlah generasi muda juga banyak.
Dia pun menyebut kolaborasi pemerintah, generasi muda dan swasta akan berdampak pada kemajuan bisnis didunia digital.
"Era ini ini bukan lagi era kompetesi, tapi era kolaborasi," ucapnya.
Dia meminta generasi muda untuk menjadi inisiator bisnis baru dengan melakukan riset dan mempelajari ilmu bisnis. Erick pun menceritakan penglamannya membeli saham klub Inter Milan.
Menurutnya, saat itu dia melihat adanya peluang berbisnis di Liga Italia, dibanding di Liga Inggris dan Spanyol.
"Entrepreneur yang baru harus belajar bisnis model. Bisnis model akan jadi kunci step berikutnya apakah unit usahanya unit unggulan. Tidak asal mulai," ujarnya.