TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Keberadaan Bukit Soeharto di Kalimantan Timur kini menjadi sorotan, setelah munculnya rencana pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Pulau Kalimantan.
Daerah Bukit Soeharto digadang-gadangkan menjadi kandidat calon Ibu Kota Baru Republik Indonesia (RI), terutama kala ada kunjungan dari Presiden Joko Widodo ke Bukit Soeharto di Mei 2019 lalu semakin memberi ketenaran nama Bukit Soeharto.
Keberadaan Bukit Soeharto di Kalimantan Timur bisa dibilang luas, daratannya memiliki luasan sekitar 61.850 hektare.
Diskusi di Bappenas sebelum ada kunjungan Presiden Joko Widodo, sempat sebutkan Bukit Soeharto pas dijadikan lokasi Ibu Kota Baru.
Tapi hal ini kemudian berubah saat dalam kegiatan pembukaan Kegiatan Konsultasi Regional Penyusunan Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Negara (RPJMN) 2020-2024 di Novotel-Ibis Balikpapan, Selasa (20/8/2019).
Baca: Jimmy Harefa, Putra Mantan Ketua KPUD Nias Utara Dipastikan Korban Pembunuhan
Acara ini dihadiri langsung oleh Kepala Bappenas, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro dan dihadiri seluruh kepala daerah yang ada di Pulau Kalimantan.
Usai membuka acara tersebut, Bambang Kepala Bappenas dihadapan seluruh wartawan mengungkapkan, Bukit Soeharto tidak lagi menjadi jagoan sebagai lokasi Ibu Kota Baru.
Berikut 3 alasan Bukit Soeharto dicoret dari daftar kandidat calon ibu kota baru RI:
1. Bukit Soeharto Hutan Lindung
Kepala Bappenas menegaskan, Ibu Kota Baru tidak berada di Bukit Soeharto, Kalimantan Timur.
Tetapi pernyataan ini pun belum disambung dengan penjelasan konkrit lokasi Ibu Kota Baru, sebab ini nanti ranah penyampaiannya ada di Presiden Joko Widodo.
Dijelaskan di Kota Balikpapan, bahwa Bukit Soeharto dicoret dari daftar kandidat lokasi Ibu Kota Baru RI.
Demikian disampaikan Kepala Bappenas, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.
"Ini Bukit Soeharto kan hutan lindung," ungkapnya.