Keempat, kesemrawutan yang terjadi di KPK adalah wujud ketidakmampuan dan kegagalan petahana.
"Jika sudah demikian untuk apa dipertahankan lagi oleh Pansel,” tegas Neta.
Neta menjelaskan memang kerja keras pansel belum final. Masih ada satu tahap lagi, yakni seleksi tahap wawancara, yang akan memilih 10 dari 20 capim.
Dari keterpilihan 20 figur capim ini, kata Neta, makin terlihat akan masuk empat figur polisi dalam 10 besar, untuk kemudian akan dipilih presiden 5 figur yang dua di antaranya adalah polisi.
"Hadirnya 2 figur polisi di jajaran pimpinan KPK saat ini sangat diperlukan untuk menata dan menertibkan kekacauan di KPK serta menyatukan kembali KPK yang terbelah dua antara "polisi India dan polisi Taliban"," imbuhnya.
Neta menambahkan dengan solid dan berjalannya fungsi-fungsi strategis di KPK maka lembaga antirasuah tersebut tidak hanya berperan sebagai pemadam kebakaran dalam pemberantasan korupsi di negeri ini.
Baca: Sudah Loloskan Calon Terbaik Kerja Pansel KPK Harus Dihargai
Tapi benar-benar bisa menjadi lembaga yang mencegah mewabahnya korupsi di negeri ini.
“Pansel sepertinya berusaha melahirkan pimpinan yang bisa membawa paradigma baru bagi KPK, khususnya dalam pemberantasan dan mencegah mewabahnya korupsi di negeri ini,’ tutup Neta.