"Dari laporan tadi BIN, Kapolri, kita tahu siapa yang coba dapat keuntungan dari kerusuhan ini. Kita peringatkan siapa pun dia, hentikan itu, karena itu hanya ingin buat suasana instabil," imbuh Wiranto.
Namun, Wiranto tidak menyebutkan pihak yang mendapat untung dari kerusuhan itu.
Mantan Panglima ABRI itu menyampaikan, Jokowi juga tidak ingin ada tindakan represif dari aparat dalam menangani Papua dan Papua Barat.
Jokowi, kata Wiranto, justru ingin tindakan persuasif atau lunak.
Wiranto menyebut, Jokowi juga ingin aparat melindungi obyek-obyek penting serta fasilitas publik dan fasilitas milik negara.
Jangan sampai ada yang dirusak karena dapat menghambat kegiatan masyarakat.
"Demonstrasi anarkis merusak sesuatu, sebenarnya mengkhianati rakyat, karena dibangun dengan uang rakyat," ucap Wiranto.
Jumlah Korban
Sementara itu, Wiranto menolak mengungkapkan jumlah korban masyarakat sipil yang tewas akibat kerusuhan dan kontak senjata di Papua.
"Malam ini kita enggak bicara soal yang korban yang rusak, itu nanti pada penjelasan yang lain. Karena laporan terus berjalan. Kita biasanya menerima laporan malam seperti ini, kita kompilasi, baru kita jelaskan besok pagi," kata Wiranto.
Sebelumnya, sejumlah media asing dan dalam negeri memberitakan setidaknya enam sampai tujuh korban tewas dalam kontak senjata di Deiyai, Rabu (28/8/2019).
Namun, polisi baru mengonfirmasi dua warga sipil yang tewas hingga Jumat (30/8/2019) malam.
Wiranto menegaskan, update informasi terkait jumlah korban adalah kewenangan pemerintah dan aparat.
"Ya terserah kitalah mau umumkan (jumlah korban) atau tidak. Kalau diumumkan perlu diumumkan, kalau tidak, tidak," ujar Wiranto.