"Saya mendapat berita Pak Harto ternyata belum bersedia menerima saya. Saya dipersilakan langsung saja berangkat ke Istana Merdeka. Protokol dan ADC Presiden berharap pertemuan empat mata dapat dilaksanakan di Istana Merdeka, " kenang putra kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan itu.
Sekira pukul 08.30 Habibie meluncur ke Istana Merdeka, namun sesampai di lokasi belum ada orang yang hadir. Ia duduk di kamar tamu yang berhadapan dengan Ruang Jepara.
Beberapa saat kemudian, Ketua Mahkamah Agung, Sarwata SH, dan para anggota Mahkamah Agung , datang. Kemudian para pimpinan DPR/MPR giliran datang.
Tiba-tiba, Protokol dan ADC Presiden mempersilakan Ketua dan para anggota Mahkamah Agung masuk ke Ruang Jepara. Saya langsung berdiri dan menyampaikan saya dijanjikan untuk dapat bertemu Presiden Soeharto.
Langsung ADC Presiden kembali ke Ruang Jepara dan hanya sekejap kemudian hanya mempersilakan Ketua bersama para anggota Mahkamah Agung masuk ke Ruang Jepara. "Saya merasakan diperlakukan tidak wajar dan menahan diri untuk tetap sabar dan tenang. Saya membaca beberapa ayat Alquran yang saya hafal," katanya.
Setelah beberapa waktu berlalu, Ketua dan anggota Mahkamah Agung keluar dari Ruang Jepara, ADC dan Protokol mempersilakan pimpinan DPR/MPR memasuki ruang itu.
Baca: BJ Habibie dalam Kenangan: Pernah Dorong Dua Profesor Nyebur ke Danau Buatan Unhas
"Perasaan saya makin penuh dengan kekecewaan, ketidakadilan, dan penghinaan, sehingga kemudian saya memberanikan diri untuk berdiri dan melangkah ke Ruang Jepara ingin bertemu langsung dengan Presiden Soeharto," ujar Habibie.
Baca: Cerita Soeharto Hibur Habibie Cilik Ketika Sang Ayah Meninggal di Waktu Shalat Isya
Namun, baru saja Habibie berada di depan pintu Ruang Jepara, tiba-tiba pintu terbuka dan protokol mengumumkan Presiden Republik Indonesia memasuki ruang upacara. "Saya tercengang melihat Pak Harto, melewati saya terus melangkah ke ruang upacara dan 'melecehkan' keberadaan saya di depan semua yang hadir," tulis Habibie.
Dalam acara itu Habibie untuk pertama kalinya saya mendengar alasan Soeharto mengundurkan diri. Setelah Habibie mengucapkan supah sebagai Presiden RI, Soeharto meninggalkan Istana Merdeka. "Tanpa senyum maupun sepatah kata, ia meninggalkan ruang upacara," katanya.