JS Badudu wafat di RS Hasan Sadikin, Bandung pada Sabtu, 12 Maret 2016 pukul 22.10 WIB karena komplikasi penyakit yang diderita semasa tuanya.
3. Eks personel Banda Neira
Ananda Badudu juga merupakan seorang musisi.
Bersama Rara Sekar, kakak penyanyi Isyana Sarasvati, mereka mendirikan band: Banda Neira.
Berawal dari proyek iseng keduanya, Banda Neira terbentuk pada Februari 2012.
Ternyata, keisengan mereka melahirkan empat buah lagu.
Yaitu Di Atas Kapal Kertas, Ke Entah Berantah, Kau Keluhkan, dan Rindu (musikalisasi puisi Subagio Sastrowardoyo).
Nama Banda Neira semakin dikenal awam setelah merilis album Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti pada 2016.
Di dalam album terdapat beberapa lagu yang sangat terkenal, di antaranya Matahari Pagi, Sampai Jadi Debu, Biru, dan Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti.
Sayang, pada Jumat (23/12/2019) dini hari, Ananda Badudu dan Rara Sekar resmi membubarkan diri.
Selama empat tahun berkarya, Banda Neira telah memiliki dua album, yaitu: Di Paruh Waktu (2013) dan Yang Patah Tumbuh, yang Hilang Berganti (2016).
Selain dikenal sebagai eks personel Banda Neira, Ananda Badudu juga pernah menjadi wartawan Tempo.
Kini, Ananda aktif sebagai pegiat Hak Asasi Manusia (HAM).
4. Galang donasi saat demo mahasiswa
Ananda Badudu menggalang donasi untuk aksi para mahasiswa di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 23-24 September 2019.
Aksi tersebut untuk memprotes revisi UU KPK, RKUHP, hingga revisi UU Ketenagakerjaan.
Penggalangan itu dilakukan Nanda melalui situs kitabisa.com sejak Minggu (22/9/2019).
"Jadi urunan di Kitabisa itu untuk support aksi mahasiswa hari ini dan besok ya, itu sebagai bentuk dukungan kita yang selama ini mungkin diam-diam aja tapi mau kasih aksi nyata gitu," ucap Nanda, Senin (23/9/2019).
"Tapi yang terpenting sebenarnya bukan itu saja, menunjukkan, banyak orang mau men-support gerakan mahasiswa besok," lanjutnya, dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com.
Nantinya, kata Nanda, hasil donasi itu akan digunakan untuk membiayai berbagai keperluan aksi mahasiswa selama unjuk rasa berlangsung, seperti makanan, minuman, hingga menyewa mobil komando.
5. Ditangkap polisi
Atas aksinya menggalang dana untuk aksi demo mahasiswa, Ananda dijemput polisi pada Jumat dinihari.
Manajer Kampanye Amnesty International Indonesia, Puri Kencana yang mengetahui peristiwa tersebut mengatakan, Ananda dijemput polisi dari tempat tinggalnya di Jakarta Selatan.
"(Pukul) 04.00 WIB, Ananda Wardhana Badudu sedang tertidur di losnya."
"(Pukul) 04.25 WIB ada tamu menggedor-gedor pintu kamar, lalu dibuka oleh kawan Nanda," kata Puri, dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com, Jumat pagi.
Rupanya, tamu yang berjumlah empat orang itu adalah penyidik Polda Metro Jaya.
Mereka dipimpinan oleh polisi bernama Eko.
Eko sempat menujukkan kartu dan lencana polisi.
Sementara tiga orang lainnya tidak mengenakan seragam dan menunjukkan identitas.
Eko kemudian menunjukkan surat penangkapan kepada Ananda atas dugaan keterlibatan dalam aksi demonstrasi di depan Gedung DPR/ MPR RI, Selasa (24/9/2019) dan Rabu (25/9/2019).
"Jam 04.55 WIB, tim yang terdiri empat orang membawa Nanda ke kantor Resmob Polda Metro Jaya dengan mobil Toyota Avanza putih didampingi kawan," ujar Puri.
Puri menyebutkan, peristiwa penangkapan itu disaksikan oleh seorang satpam gedung dan dua orang tetangga Ananda.
Hingga pukul 07.07 WIB, Ananda diketahui masih berada di Polda Metro Jaya didampingi para kuasa hukumnya dari sejumlah organisasi, yakni KontraS, LBH Jakarta, LBH Pers dan Amnesty International Indonesia.
"BAP belum berlangsung, polisi masih apel. Tim kuasa hukum sudah standby," kata Puri.
6. Sempat rekam detik-detik ditangkap polisi
Sementara itu, Ananda Badudu juga menulis detik-detik dirinya dicokok polisi lewat akun Twitter.
Ananda menulis, ia dijemput Polda karena mentransfer sejumlah dana pada mahasiswa.
"Saya dijemput polda karena mentransfer sejumlah dana pada mahasiswa," tulis akun @anandabadudu.
"Saya dijemput polda," tulisnya lagi.
Bahkan Ananda Badudu juga merekam merekam momen penjemputannya oleh polisi.
Lewat video Insta Story di akun Instagram @anandabadudu, Ananda mengabadikan detik-detik ketika sejumlah penyidik Polda Metro Jaya menyambangi rumahnya.
"Dari mana, Pak?" tanya suara yang diduga Ananda Badudu sambil merekam, seperti dikutip Kompas.com.
"Dari Polda. Ini mau ngapain? Matiin dulu lah," jawab seorang anggota kepolisian meminta Ananda mematikan kameranya.
Video selanjutnya memperlihatkan seorang penyidik berbaju gelap membuka sebuah map merah dan mengeluarkan lembaran kuning dari dalamnya.
"Anda Wardhana Badudu?" tanya pria itu memastikan sembari menunjuk kerta berwarna kuning tersebut.
"Dokumennya kita boleh tahu, Pak," kata suara perekam yang diduga Ananda tak lama sebelum video tersebut terhenti.
(Tribunnews.com/Sri Juliati) (Kompas.com/Ardito Ramadhan)