TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tenaga Ahli Kedeputian IV Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin bereaksi keras atas peristiwa yang menimpa Menkopolhukam Wiranto, ditusuk saat kunjungan ke Pandeglang, Banten.
"Butuh doa dan dukungan bagi seluruh masyarakat. Ini peristiwa pertama kali dalam sejarah Republik Indonesia, ada pejabat negara pemerintah, Menko diserang dengan cara brutal, dengan cara biadab," tutur Ngabalin, Kamis (10/10/2019) malam di lobi Paviliun Kartika RSPAD, Jakarta Pusat.
Tidak hanya itu, Ngabalin juga menyatakan pelaku penyerangan pada Wiranto sangat tidak berprikemanusiaan dan pastinya jauh dari ajaran Agama Islam yang penuh damai dan santut.
Ngabalin menjelaskan Islam selalu mengajarkan kedamaian dan saling menghormati.
Baca: Pelaku Penusukan Wiranto Lulus S1, Pernah Pakai Narkoba dan Judi, Pulang dari Malaysia Jadi Berubah
Dia juga mengecam aksi pelaku yang menusuk Wiranto saat menjalankan tugas negara, memenuhi undangan masyarakat.
"Hari ini bisa terjadi pada Pak Wiranto dan tidak mustahil besok-besok akan terjadi pada orang lain, pada pejabat lain. Pak Presiden menyebut harus ditunda tegas, dicari setuntasnya. Atas nama pemerintah saya minta dukungan masyarakat," tambahnya.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, Wiranto diserang orang tidak dikenal, Kamis (10/10/2019) usai mengikuti acara peresmian Universitas Mathala'ul Awal Pandeglang.
Dua terduga pelaku penyerangan telah berhasil diamankan kepolisian.
Mereka masing-masing berjenis kelamin laki-laki dan peremppuan.
Pelaku laki-laki berinisial SA alias Abu Rara (31) warga Medan, Sumatera Utara sedangkan pelaku perempuan FA (21) warga Brebes.
Keduanya merupakan pasutri yang mengontrak rumah di Kampung Sawah, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang.
Abu Rara diduga terpapar paham radikal ISIS.
Mirisnya, Abu Rara justru mengajak istrinya FA untuk ikut menusuk Wiranto.
Pasutri ini baru sekitar dua bulan tinggal di Pandeglang.
Kini Abu Rara dan Istri menjalani pemeriksaan intensif di Mabes Polri dan kasus ini ditangani langsung oleh Densus 88.