TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dulu dikenal sebagai pecinta dan pegiat lingkungan hidup.
Kini bergelut dengan permasalahan hak azasi manusia (HAM).
Dialah Sekjen di Komnas HAM, Dr. Tasdiyanto Rohadi.
Hingga sekarang pun, Dr. Tasdiyanto Rohadi masih tak bisa dipisahkan jauh-jauh dari persoalan perbaikan lingkungan hidup.
Kecintaan terhadap lingkungan tersebut diwujudkan dengan perhatiannya yang lebih serius terhadap kualitas lingkungan ibu kota negara yang semakin memprihatinkan dan mengkhawatirkan.
Sejak tahun 2010, Tasdiyanto Rohadi dan tim telah gigih meneliti kualitas lingkungan Pulau Jawa, khususnya Kota Jakarta.
Hasil penelitian disimpulkan kualitas lingkungan Ibu Kota Jakarta yang sangat memprihatinkan itu telah diseminarkan di salah satu perguruan tinggi di Jakarta pada tahun 2012.
Rekomendasi dari seminar yang digelar oleh kalangan akademisi itu adalah dengan memindahkan Ibu Kota Negara keluar dari wilayah Jakarta adalah solusi penyelamatan ekosistem yang ada di region ini sebagai sebuah keputusan yang realistis dan menjadi keniscayaan zaman.
Penyebab utamanya, karena kurangnya daya tampung dan daya dukung lingkungan di Pulau Jawa.
Hal tersebut memicu reaksi para tokoh masyarakat dan publik saat itu, kaget dan menyanggahnya. Bahkan penelitian Tasdiyanto sendiri mendapatkan respon dari senior, sekaligus bekas atasannya sebagai Menteri Lingkungan Hidup, era Presiden Soeharto yakni Prof Emil Salim.
Namun keyakinan keilmuannya membuat pandangan tersebut tetap dia pertahankan. Sejalan perjalanan waktu, Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla pada tahun 2019 ini telah menetapkan rencana kepindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Percis tujuh tahun lalu ahli lingkungan ini telah membuktikan bahwa penelitian yang dilakukan sangat reasonable dan feasible. Jakarta tak layak lagi menjadi Ibu Kota Negara.
Doktor di bidang Lingkungan dengan predikat cumlaude dari UGM Yogyakarta ini menilai pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia dari Jakarta sudah sangat tepat. Alasannya, kualitas lingkungan hidup di Jakarta sudah semakin memprihatinkan.
“Pada 2019 ini, kita semakin terperangah menyaksikan kualitas udara di Jakarta terburuk di dunia,” kata Tasdiyanto yang juga Ketua Umum Perhimpunan Profesional Lingkungan Seluruh Indonesia dalam satu kesempatan diskusi ilmiah yang dihelat di almamaternya.