Selang beberapa menit, seseorang datang dan suaranya menggema di telingaku. Mengenalkan diriku dengan tokoh tersebut, ternyata tokoh ini bernama lengkap Suhendra Hadikuntono, pria Jawa yang lahir di Medan. Pria ini terkesan bersahaja.
Perbincangan kami berlanjut, hingga akhirnya menyampaikan kalau beliau adalah lulusan Universiti Kebangsaan Malaysia, dan memiliki beberapa perusahaan multinasioanal yang ada di bawah Indo Sarana Prima Group.
Banyak hal yang beliau ceritakan kepada saya, sampai pada hal yang membuat pikiran semakin konsentrasi. Konon beliau suatu ketika pernah diminta oleh sahabatnya duta besar Vietnam di akhir 2013.
Beliau menceritakan kalau pada masa itu pemerintah Vietnam protes keras atas ditahannya 90 warganya di Kepulauan Anambas, karena ketahuan mencuri ikan di wilayah Indonesia.
Pak Suhendra menyampaikan bahwasanya protes Vietnam ini bukan mengenai warganya yang mencuri ikan, namun ke-90 orang Vietnam itu diitahan selama setahun tanpa ada proses hukum yang semestinya.
Beliau bercerita bahwa selama kurang lebih setahun mereka diperlakukan tidak manusiawi. Mereka dipaksa bekerja tanpa upah, bahkan tidak diberikan makan. Baginya kondisi ini sangat di luar kewajaran seorang manusia, bahkan ada yang menjadi gila.
Atas kejadian ini, hubungan kedua negara sangat terganggu, karena pada masa itu rakyat Vietnam menjadi geram dan melakukan demonstrasi besar- besaran di depan kedutaan Indonesia di Vietnam.
Menurut beliau kejadian itu sengaja ditutupi pemerintah Indonesia karena sangat memalukan di mata internasional, utamanya memalukan bangsa Indonesia.
Di sini Pak Suhendra terketuk hatinya. Beliau melobi pemerintah Indonesia agar bisa memulangkan 90 warga Vietnam. Akhirnya lobi berhasil, Pak Suhendra memulangkan warga Vietnam dengan uang yang keluar dari kantongnya sendiri.
Baginya ini adalah perjuangan kemanusian. Tujuan beliau agar Indonesia tidak dituduh melakukan pelanggaran HAM berat.
Bukan hanya itu perjalanan Pak Suhendra menyelamatkan wibawa Indonesia. Beliau juga bercerita pada tahun 2018, Presiden Jokowi membagikan sertifikat tanah gratis di Langkat, Sumatera Utara, namun beliau mendapat laporan bahwa apa yang telah dilakukan Presiden tidak diikuti bawahannya.
Tuturnya, setelah Presiden selesai membagikan sertifikat, aparat pemerintah daerah menarik kembali sertifikat yang telah dibagikan itu.
Seketika itu juga kebahagiaan warga berubah menjadi kesedihan. Pasalnya, di dalam pembicaraan warga disuruh menyiapkan uang jutaan rupiah agar serifikat kembali ke tangan warga.
Dalam hal ini Pak Suhendra sangat marah dan mengutuk keras atas kejadian itu. Pada suatu saat Pak Suhendra memutuskan untuk terjun langsung mengatasi masalah sertifikat itu. Pak Suhendra akhirnya bisa kembali mengambil sertifikat tersebut, dan memberikan kembali kepada rakyat. Baginya rakyat adalah sesuatu yang harus diperjuangakan.