Meski begitu, Taufik terus menelurkan karya-karya dalam bidang sejarah, sosiologi, hingga antroplogi.
Karya Pertama Langsung Diakui Dunia Internasional
Taufik berkisah karya yang berkesan baginya adalah yang pertama dirinya buat saat kuliah di Universitas Cornell, Amerika Serikat.
Dirinya mengingat karyanya awalnya dipresentasikan saat kuliah.
Namun, dosennya tertarik hingga membukukannya dan dipublikasikan.
"Artikel saya yang di luar negeri saat saya masih mahasiswa dan sekarang masih dikutip orang tentang Islam dan Minangkabau," ucap Taufik.
Karya Taufik tersebut adalah Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West Sumatra (1927-1933) yang diterbitkan Universitas Cornell pada tahun 1971.
Baca: 12 Idol Grup K-Pop yang Kontraknya Akan Segera Berakhir dalam 2 Tahun Mendatang, Lanjut atau Bubar?
Taufik mengatakan selama berkuliah di Amerika Serikat dirinya akrab dengan antroplog kenamaan asal Amerika Serikat, Clifford Geertz, yang meneliti tentang kehidupan masyarakat Indonesia.
Setelah karyanya yang pertama, beberapa hasil penelitiannya juga kembali dipublikasikan.
Sehingga setelah tamat menjadi doktor sudah empat tulisan Taufik yang dipublikasikan secara internasional.
Berkat dedikasinya di dunia ilmu pengetahuan Taufik Abdullah diganjar penghargaan Fukuoka Prize pada 1991.
Baca: Surya Paloh Sebut PKS Saudara Tua, Sekjen PKS Tersanjung
Penghargaan ini adalah penghargaan bergengsi bagi para intelektual di bidang kebudayaan.
Taufik menyamai akademisi terkemuka internasional seperti Clifford Geertz (1992), Benedict Anderson, Anthony Reid, dan James C. Scott.
Meski telah menelurkan sejumlah karyanya, Taufik mengaku tetap berkarya di usia yang sudah tidak muda lagi.
"Pensiun hanyalah urusan gaji yang harus diterima ala kadarnya tapi bukanlah berarti anjuran agar kreatif dibiarkan untuk menganggur," kata Taufik dalam pidatonya.