Sang presenter dalam tayangan tersebut langsung membantah jika masih banyak kader PKS yang mau diajak berbicara di tayangan televisi.
Fahri pun menjelaskan jika maksudnya adalah dalam isu-isu seperti pembentukan partai baru yang diusung mantan elite PKS.
"Jadi mekanisme seperti itu yang menyebabkan kalau ada orang seperti saya setelah proses peradilan itu ngga boleh dibahas, dianggap selesai lalu kemudian kader bertanya apa sih yang sebenarnya terjadi nggak mau dijawab juga," jawab Fahri.
Menurut Fahri hal-hal mendasar seperti itulah memunculkan perpecahan dalam tubuh PKS yang semakin dalam.
"Hal-hal seperti ini yang saya duga munculnya perpecahan yang semakin dalam, tapi itu kita anggap bagian dari masa lalu karena kelahiran gelombang rakyat Indonesia adalah satu tahapan di dalam cara kita berfikir dan dalam cara pandang kita memandang persoalan kita baik partai maupun bangsa kita," ujar Fahri.
Dalam pembentukan partai barunya, Fahri pun berkilah jika biasa saja dalam dunia politik ada kelahiran ide-ide baru.
"Karena itu biarkanlah ide berkembang dan bertumbuh, biarkanlah ada kelahiran sebagaimana dalam tubuh itu ada yang lahir ada yang mati itu biasa saja dan kita melalaui jalan baru begitu," ungkapnya.
Fahri pun berkomentar jika ada kegelisahan baru setelah 20 tahun reformasi dan tantangan yang ada untuk kedepan.
"Ada kegelisahan baru setelah 20 tahun reformasi, kita perlu menemukan jawaban bagaimana mengangkat dan membawa Indonesia terbang tinggi, saya kira itu tantangan yang harus kita jawab," ungkapnya.
Menurutnya partai baru ini akan menarasikan jiwa bangsa Indonesia yang erat kaitannya dengan peristiwa sumpah pemuda.
"Kami keluar dengan narasi satu bangsa satu tanah air dan satu bahasa karena itulah kita umumkan berdirinya partai ini pada hari Sumpah Pemuda karena jiwa bangsa Indonesia lahir pada peristiwa sumpah pemuda," tegasnya.
Dan hingga akhirnya Partai Gelora dideklarasikan pada 10 November 2019.
(Tribunnews.com/Inza Maliana)