News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Meutya Hafid Dapat Perlakuan Manusiawi Usai Negosiasi dengan Penyandera di Irak

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid saat melakukan wawancara khususs dengan tim Tribunnews di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2019). Pada kesempatan tersebut Meutya berbagi pengalamannya selama masih menjadi seorang jurnalis dan kecintaanya kepada hewan peliharaanya kucing dan burung. Tribunnews/Jeprima

Memang situasinya saat itu karena Amerika menginvasi di 2003 sampai 2005, masih ada pendudukan dan muncul perlawanan dari kelompok-kelompok di Irak.

Baca: Meutya Hafid: Golkar Dorong Munas Capai Musyawarah Mufakat

Jadi memang sangat chaotic, nuansa perang yang lebih mengerikan dari masuknya Amerika ke Irak.

Karena kita nggak tahu kapan bom akan terjadi, perang terjadi di mana, tiba-tiba bisa ada bom, atau ada penyerangan di pinggir jalan.

Bagaimana ceritanya Anda bisa ditawan oleh sekelompok pria bersenjata? Saat itu sedang berada di mana?

Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid saat melakukan wawancara khususs dengan tim Tribunnews di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2019). Pada kesempatan tersebut Meutya berbagi pengalamannya selama masih menjadi seorang jurnalis dan kecintaanya kepada hewan peliharaanya kucing dan burung. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Akhirnya (saya) berangkat untuk meliput pemilu pertama di Irak dan 10 hari di sana mungkin nggak banyak yang ingat saya sempat melaporkan langsung.

Tapi yang diingat banyak (orang) adalah yang waktu disanderanya.

(saya) Berencana pulang waktu itu melalui kota Amman, Yordania.

Sampai di Yordania ditelepon untuk diminta meliput hari Asyura, jadi masuk kembali ke Irak.

Ketika dalam perjalanan darat dari Amman menuju Baghdad, di tengah jalan kita berhenti di pom bensin.

Tepatnya di antara kota Ramadi dan Falujah.

Kita di situ diambil dan dibawa.

Mata saya ditutup, senjata (ditodongkan) di leher, kemudian mobil kita diambil alih.

Saya mencoba mengingat (jalan), belok kiri, belok kanan, tapi setelah dua jam saya nggak tahu dibawa kemana.

Ketika dibuka penutup mata yang saya lihat hanya gurun.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini