Berita Ini Sudah Mengalami Ralat dari Judul Sebelumnya: "Pengamat Beberkan Alasan Banyak Generasi Milenial Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri"
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta mengatakan banyaknya generasi milenial yang menjadi pelaku bom bunuh diri dipengaruhi oleh usia remaja yang rentan.
Pernyataan Stanislaus merujuk kepada kasus bom bunuh diri yang terjadi di Polrestabes Medan, Sumatera Utara, yang dilakukan oleh RMN (24) dan berasal dari generasi milenial.
"Teroris berusia muda ini dapat terjadi karena mereka berada di usia yang rawan, karena kebutuhan jati diri dan eksistensi," ujar Stanislaus, Kamis (14/11/2019).
Baca: Pengakuan Korban Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan, Bom Meledak Sesaat setelah Pelaku Dihentikan
Baca: Tanggapan Politisi PAN dan PPP serta Pengamat Terkait Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan
Menurutnya, fenomena pelaku bom bunuh diri berusia muda sudah terjadi sejak lama. Diawali kasus Bom JW Marriot yang pelakunya masih belasan tahun.
Namun, ia menampik apabila aksi lone wolf tersebut dikaitkan dengan tinggi rendahnya pendidikan yang dienyam pelaku.
Stanislaus justru melihat paham radikal menjadi menarik bagi generasi milenial karena menggunakan daya tarik agama.
"Bukan masalah pendidikannya. Paham radikal ini sesuatu yang menarik karena menggunakan daya tarik agama dan dalam beberapa kasus ada bumbu heroisme," kata dia.
Tak hanya itu, generasi milenial semakin mudah terpapar paham radikal lantaran mudah mengakses dan menghabiskan banyak waktu luang di internet.
"Saat ini radikalisasi semakin mudah terjadi karena adanya internet, konten dan narasi radikal disebar dengan mudah dan diakses oleh generasi muda. Banyak waktu luang mereka untuk akses internet," kata Stanislaus.
"Dalam beberapa kasus pelaku teror lone wolf, ditemukan bukti bahwa mereka terpapar paham radikal secara mandiri melalui internet," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia membenarkan, RMN (24) menjadi pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Medan, Sumatera Utara pada Rabu (13/11/2019) pagi.
Hal itu terungkap usai penyelidikan oleh aparat gabungan di tempat kejadian perkara (TKP) dan pemeriksaan sidik jari oleh tim Inafis sejak pagi tadi.
Ia juga menunjukkan gambar pelaku yang telah banyak tersebar di media sosial.