Ia menyebut, jika kelompok lama seperti Al-Qaeda melakukan pencarian anggota baru dengan bertatap muka langsung, kemudian akan dilatih sehingga siap melakukan aksi.
Ini sangat berbeda di era sekarang ini, menurut Stanislaus perkembangan sosial media yang ada membuat penyebarakan konten-konten radikal sangat mudah ditemui.
"Sekarang radikalisme sangat cepat terjadi karena menggunakan media sosial," ujar Stanislaus saat diundang dalam acara acara Mata Najwa, Rabu (13/11/2019) lalu.
Lanjut Stanislaus, kelompok-kelompok radikal saat ini menebar jaring menggunakan konten radikal di media sosial.
Kemudian mereka akan menunggu individu-individu yang mulai tertarik dengan konten tersebut.
"Kelompok teroris melemparkan konten-kontennya dalam media sosial secara mereka acak," kata Stanislaus
"Ketika ada anak muda yang merespon, akan memberikan respon balik oleh penebar konten," lanjutnya.
Baca: Fadli Zon Angkat Bicara Terkait Masuknya Ahok ke BUMN: Ahok-Jokowi Teman Sejati
Menurut Stanislaus, perkembangan dunia maya yang pesat menjadi penyebab kenaikan secara signifikan radikalisme di kalangan anak muda.
Stanislaus menilai tidak adanya langkah serius dari pemerintah dalam mecegah tersebaranya konten radikal di media sosial.
"Kita blokir satu muncul seribu, sangat mudah mucul," tegasnya.
Adanya ketidak pedulian dari orangtua dalam pengawasan kepada anak ketika mengkonsumsi informasi di media sosial juga memperparah kondisi ini.
"Orangtua juga tidak peduli, sangat cepat tersebarnya,"
"Ketika anaknya jadi teroris, orangtua akan kaget, biasanya kan seperi itu," tutup Stanislaus.
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)