TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif mengungkapkan bahwa ada tiga esensi besar yang ingin disampaikan pada Reuni Akbar 212 tahun 2019.
Slamet Maarif menyampaikan tanggapananya dalam acara Kabar Petang yang kemudian diunggah oleh kanal YouTube tvOneNews, Selasa (26/11/2019).
Tiga esensi tersebut adalah, pertama Reuni 212 adalah anugerah besar dari Allah.
"Esensi pertama adalah 212 itu kan anugerah besar dari Allah yang wajib kita syukuri, dimana lewat 212 umat Islam berkumpul penuh dengan nilai-nilai persaudaraan, kedamaian, penuh dengan toleransi," jelas Slamet Maarif.
Kedua, gerakan 212 muncul untuk melawan penista agama, yang terakhir muncul adalah kasus penistaan agama oleh Sukmawati.
"Yang kedua, tidak boleh lupa, bahwa gerakan 212 muncul untuk melawan penista agama, penoda agama. Dan sampai saat ini kan tidak berhenti, masih banyak penista agama. Yang terakhir muncul kan Sukmawati," ungkap Slamet Maarif.
Esensi yang ketiga, melalui Reuni 212 ingin merekatkan kembali nilai-nilai persaudaraan antar umat Islam.
"Esensi yang ketiga, lewat acara Maulid Agung dan Reuni 212 kita ingin merekatkan kembali nilai-nilai persaudaraan di antara kita semua," jelas Slamet Maarif.
Dalam agenda Reuni 212, Desember mendatang tema yang diusung adalah 'Rekatkan Persaudaraan, Bangun Ukhuwah Islamiyah'.
Tema tersebut bertujuan untuk menjaga semangat 212 melawan penista agama.
Menurutnya Reuni 212 dilaksanakan untuk berfokus mengingatkan anak bangsa siapapun agar tidak melakukan penistaan agama manapun.
Soal Reuni Akbar 212, MUI Nilai sebagai Hak Berdemokrasi Setiap Warga Negara
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Ukhuwah Islamiyah, Marsudi Syuhud mengungkapkan adanya Reuni 212 adalah hak berdemokrasi setiap warga negara.
Tanggapan Marsudi Syuhud disampaikan dalam acara Kabar Petang yang kemudian diunggah oleh kanal YouTube tvOneNews, Selasa (26/11/2019).
Marsudi berharap jika memang Reuni 212 tetap akan diadakan pada awal Desember 2019 mendatang, maka harus dilaksanakan secara baik.
Karena, menurutnya, bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki budaya yang saling menghormati satu sama lain.
"Jika pun itu akan dilaksanakan, laksanakan dengan baik karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang agamis, bangsa yang punya budaya yang saling menghormati dengan yang lain," ujar Marsudi.
Ia juga mengimbau agar kegiatan Reuni 212 diselenggarakan secara aman dan mengikuti aturan-aturan yang ada.
"Jika pun itu akan terjadi laksanakan dengan aman, nyaman bagi orang lain dan sesuaikan mengikuti aturan-aturan yang ada, demokrasi berjalan dengan baik," terangnya.
Marsudi menilai adanya Reuni 212 diharapkan mampu mendidik bangsa Indonesia dalam menjalankan demokrasi yang baik.
Dengan menyampaikan pendapat sesuai keinginan tapi tidak melanggar aturan yang ada.
Tanggapan Haikal Hassan dan Ali Mochtar Ngabalin
Persaudaraan Alumni (PA) 212 akan mengadakan Reuni Akbar 212 di Monas, Jakarta, Senin (2/11/2019) mendatang.
Dalam acara Apa Kabar Indoensia Malam yang kemudian diunggah oleh YouTube Talk Show tvOne, Jumat (22/11/2019), Juru Bicara 212 Haikal Hassan memberikan tanggapannya.
Haikal Hasan menuturkan pihaknya tengah mengupayakan kepulangan Rizieq Shihab ke Indonesia.
Lebih lanjut, Haikal mengatakan anggota 212 berharap Rizieq hadir dalam acara Reuni Akbar 212.
"Ya kita berharap, doa, Insyaallah segala upaya kita lakukan untuk beliau bisa pulang ke Indonesia ," ujarnya.
Selain itu, Haikal Hassan mengungkapkan ada hambatan yang menyebabkan Rizieq Shihab tidak bisa pulang.
"Ada hambatan, kalau nggak ada pasti udah pulang dong," kata Haikal.
Ia mengklaim bahwa hambatan tersebut dilakukan oleh pihak Indonesia.
"Negara Indonesia yang menghambat, udah jelas itu dan sudah dibeberkan udah kita bicarakan pada tempo hari waktu itu," terangnya.
Selain soal hambatan Rizieq Shihab yang belum bisa dipastikan kedatangannya, Haikal Hassan juga menyoroti mengenai hambatan yang dialami pihaknya untuk menyelenggarakan reuni akbar.
"Pergelaran reuni akbar sudah mulai ada hambatan, masjid-masjid yang dulu bersiap untuk menampung jemaah dari luar ternyata sudah dicegah," jelasnya.
Saat disinggung soal siapa yang menghambat acara Reuni Akbar 212, Haikal Hassan enggan menuturkan lebih jauh.
"Ya nanti kita buktikan, nanti kalau saya bicara kalau nggak ada bukti, entar di Bareskrimkan nanti, kita akan buktikan dulu di lapangan, tapi masjid kami sudah dilarang," tutur dia.
Haikal justru menganggap negara tidak kompak karena sebagaian ada yang memberi izin Reuni Akbar 212 dan sebagian lagi tidak.
"Itulah, jadi negara nggak kompak sebagian memberikan izin, sebagian melarang, sebagian mengimbau tidak datang," ungkap Haikal Hasan.
Kemudian Haikal Hassan melontarkan pertanyaan kepada Tenaga Ahli KSP Ali Mochtar Ngabalin yang saat itu juga menjadi bintang tamu di acara tersebut.
"Ada hambatan apa sih kalau kita mau reuni? Sekarang gini aja deh, ibarat begini kalau umpamanya ente nggak suka makan tempe ya makan yang lain aja deh."
"Jadi kalau ente nggak suka reuni ya nggak usah hadir gakpapa, jangan mencela, jangan menghina, jangan maki-maki, jangan jelek-jelekin di sosial media. Itu aja," tanya Haikal pada Ali Mochtar Ngabalin.
Tak butuh waktu lama, Ali Mochtar Ngabalin lalu menjawab pertanyaan Haikal.
"Kan tadi sudah saya bilang menyatakan pendapat di depan publik itu adalah regulasi negara memberikan ruang dan waktu UUD 1945."
"Persoalannya adalah orang tidak menggunakan kesempatan itu menghalangi orang lain dalam menggunakan kesempatan di atas sarana dan prasarana umum gitu," terangnya.
"Demikian juga dengan tablig akbar atau pengajian atau reuni-reuni lebih kesan pada alumni universitas apa deh gitu," tambahnya.
Kemudian Haikal Hassan disinggung mengenai kenapa pemerintah masih kencang menanggapi Reuni Akbar 212 sedangkan orang yang dekat dengan Reuni Akbar 212, Prabowo Subianto sudah bergabung ke pemerintahan.
"Yang bisa menjawab bukan kita, yang bisa menjawab yang kenceng itu, yang melakukan pengencengan itu yang bisa menjawab kalau kita biasa aja."
"Emang tiap tahun kita bikin kok, bahkan 10 tahun lagi, 20 tahun lagi akan kita peringati terus," jawab Haikal.
Ia kemudian mengungkap bahwa seharusnya Indonesia bangga dengan adanya Reuni Akbar 212 karena bisa mengumpulkan banyak orang secara tertib dan kompak.
"Tidak ada di seluruh dunia tempat berkumpul seperti ini tapi tertib, kompak dan damai," ujarnya.
"Coba cari orang berkumpul 7 juta di mana yang ada kalau bukan di Indonesia dan itu mesti kita bangga dong, negara mesti fasilitasi dong," imbuhnya.
Kemudian Ali Mochtar Ngabalin menjawab pernyataan yang dilontarkan Haikal Hassan.
"Ya karena waktu itu tujuannya jelang pemilu, jadi nuansa politik itu kan sangat jelas," ujar Ali Mochtar Ngabalin.
"Perbedaannya jelang pemilu sama pasca pemilu, sekarang sudah menyatu orang. Nanti kita lihat di lapangan tanggal 2 Desember," tambahnya.
Ali Mochtar Ngabalin juga membantah adanya pernyataan Haikal Hasan yang menyatakan ada hambatan yang ditimbulkan pemerintah.
"Di mana hambatannya, tidak ada hambatannya," pungkas Ali Mochtar Ngabalin.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)