Ia menambahkan, "Surabaya butuh Cak Dhimas dan Gus Hans. Keduanya muda, bersih, cerdas, punya akhlak yang baik. Itu yang dibutuhkan Surabaya."
Di sisi lain, Gus Hans dan Dhimas diketahui sudah beberapa kali melakukan pertemuan, diawali dengan pertemuan di Surabaya 30 Juli 2019 lalu. Keduanya saling melempar pujian dan komentar positif.
"Setahu saya, Gus Hans merasa nyaman berinteraksi dengan Cak Dhimas. Begitu pula sebaliknya. Cak Dhimas tak ragu mengungkapkan kekagumannya terhadap Gus Hans. Ini pertanda yang baik. Keduanya sama-sama rendah hati dan merakyat, walau sama-sama keturunan ningrat," ujar Horas.
Jika dua tokoh muda ini bersinergi, diprediksi akan mampu memobilisasi dua kekuatan besar di Surabaya, yaitu golongan Nahdliyin dan Nasionalis.
"Dhimas dan Gus Hans perlu bersinergi. Mengacu pada pasal 40 UU 10/2016 tentang Pemilihan Kepala Daerah, partai politik atau gabungan partai politik bisa mengajukan pasangan calon bila memenuhi akumulasi 20 persen suara di DPRD atau 25 persen dari suara sah pada pemilu," terang Horas.
Ia menjelaskan, hasil Pemilihan Umum 2019 lalu untuk DPRD Kota Surabaya, PDI Perjuangan memenangi dengan 15 kursi (30 persen). PKB, Partai Gerindra, PKS, dan Partai Golkar masing-masing 5 kursi (10 persen). Lalu Partai Demokrat dan PSI masing-masing 4 kursi (8 persen). Kemudian, PAN dan Partai Nasdem masing-masing 3 kursi (6 persen). Satu kursi sisanya direbut PPP (2 persen).
"Jadi sekarang tergantung komunikasi antarpartai saja. Menurut saya Gus Hans dan Cak Dhimas akan menjadi duet yang mampu mengulang kesuksesan duet Bu Khofifah dan Mas Emil Dardak waktu Pilgub 2018. Mereka menang di Surabaya," pungkas Horas.