Said Didu juga tampak menolak adanya pernyataan yang menyebutkan bahwa karena Indonesia tidak memiliki krut maka tidak bisa membangun kilang.
"Singapura tidak punya krut, tidak punya pasar. Tapi salah satu kilang terbesar di dunia ada di Singapur. Jadi logika yang kita pakai bahwa ada 3 hal yang perlu kita mandiri. Pangan, energi, dan air."
"Singapura nggak punya kilang, nggak krut, nggak punya pasar, tapi bangun kilang. Jadi rasionalitas jangan ditutup. Karena terus terang yang menghadang investasi kilang ini adalah mafia migas. Dari dulu!" pungkasnya menjelaskan.
Dirinya juga menyampaikan adanya sikap pemerintah yang setelah membayar hutang maka belanjut berhutang kembali.
Hal ini membuat pemerintah tidak pernah berhutang kurang dari 50 triliun.
"Penugasan pemerintah tahun lalu itu 41 triliun ruginya pemerintah, utang pemerintah ke Pertamina itu tidak pernah kurang dari 50 triliun.
Sementara itu, melihat pentingnya peran Komisaris Utama di Pertamina, Sadi Didu menyebutkan tugas Ahok harus jelas dan terarah.
Menurut Said Didu, Ahok harus bertugas memantau dan mengawasi ke 4 (empat) tempat, salah satunya ke Istana negara.
"Tugasnya ahok kira-kira di 4 kantor. Pertama ke Istana, untuk melindungi Pertamina Pak Presiden, jangan berikan penugasan kepada Pertamina yang membebankan Pertamina. Kedua, di kementerian ESDEM supaya aturan-aturan di kementerian ESDEM itu jangan seperti sekarang, seperti sebelumnya," ujarnya.
"Tugas ketiga Ahok adalah ke DPR. Keempat adalah ke kementerian keuangan. Ke kemterian keuangan adalah 'Hey bayar utang kau cepat ke Pertamina!' sambungnya dengan tegas.
Ia pun mengimbau pada pihak kementerian BUMN termasuk Arya salah satunya agar Ahok tidak diberi tugas ringan layaknya ketua kelas.
"Itulah kira-kira tugas Ahok, karena kan dia tokoh. Jangan kasih tugas cuma ketua kelas. Bukan. kalau kasih ketua kelas itu cuma ngatur-ngatur aja."
"Supaya Ahok ada manfaatnya daripada energi bangsa dihabiskan seperti ini."
Pihaknya juga mengajak agar bersama-sama dalam mendukung dan memberantas mafia migas.