TRIBUNNEWS.COM - Peristiwa krisis moneter pada tahun 1998 karena depresiasi nilai tukar rupiah membuat usaha milik Ir Ciputra, yakni Jaya Group, Metropolitan Group, Ciputra Group terlilit hutang.
Pendiri dan pemilik Ciputra Group, Ir Ciputra mengatakan setiap perusahaan harus mempunyai prinsip dan juga tanggung jawab.
Hal tersebut disampaikan oleh Ciputra dalam video yang diunggah di kanal YouTube Kompas TV, Selasa (21/8/2018), lalu.
Ciputra mengatakan krismon membuat perusahaanya bangkrut, namun akhirnya bisa bangkit kembali hingga meraih kesuksesan seperti sekarang ini.
Menurutnya, terdapat tiga prinsip yang dimiliki oleh perusahaannya, yakni integritas, profesionalisme, dan entrepreneurship.
Ciputra menjelaskan hal yang terpenting adalah integritas atau kejujuran.
Selain itu, Ciputra menginginkan menyelesaikan tanggung jawab pada hutang-hutang yang dimiliki oleh perusahaannya tersebut.
Ketika peristiwa itu terjadi terdapat beberapa hal yang membuat Ciputra bersedih, yaitu para karyawan, pelanggan, dan perusahaannya memiliki hutang di bank yang tidak mampu untuk dibayar.
"Perusahaan kami memang telah bangkrut. Yang utama begini, perusahaan itu harus punya prinsip. Prinsip kita daripada integritas, profesional, dan entrepreneurship," terang Ciputra.
"Jadi integritas adalah kejujuran. Profesionalisme adalah keahlian. Entreprenurship adalah inovasi. Jadi yang penting adalah integritas."
"Kenapa kita survive? Karena kita ingin memikul tanggung jawab atas hutang-hutang kita."
"Yang paling sedih adalah tiga hal, pertama karyawan kita, sudah tak ada pekerja. Ke dua customer kita, suruh bayar kita ga bisa deliver. Ke tiga hutang-hutang ke bank, kita sudah tidak mampu bayar."
Kemudian karena ada rasa tanggung jawab tersebut, akhirnya Ciputra memutuskan untuk menyelesaikan masalahnya satu per satu.
Pertama soal karyawan, Ciputra memberikan kesempatan pada para pegawainya untuk membuat keputusannya sendiri.
Ciputra mempersilakan karyawannya apabila ada yang ingin mengundurkan diri.
Nantinya akan diberikan oleh pihak perusahaan Ciputra apa adanya.
Ciputra menceritakan terdapat satu karyawan dari jajaran direksi yang akhirnya mengundurkan diri.
Ke dua mengenai pembeli, ketika itu Ciputra mengatakan kepada para pembelinya untuk mengambil tanah yang dimilikinya.
Karena para pembeli sudah membayarkan uang yang seharusnya dapat digunakan untuk melanjutkan pengembangan propertinya.
Yang ke tiga adalah permasalahan dengan bank. Ciputra menjelaskan melakukan perundingan dengan pihak bank dan pada tahun 2004 baru terselesaikan.
Ciputra bersyukur kala itu tidak ada satu pun bank yang membawanya ke pengadilan.
"Kita harus bertanggung jawab, satu per satu, kita tanya para karyawan siapa yang ingin mengundurkan diri silakan. Kita apa adanya kita berikan. Ada satu dari direksi yang mengundurkan diri," cerita Ciputra.
"Kedua pembeli, kita bilang kita sudah terima uang down payment tapi kita tidak bisa terus, itu sangat menyedihkan sekali. Karyawan saya nangis, saya gabisa bayar, saya tidak bisa deliver."
"Lantas saya berunding dengan pembeli, ini saya punya tanah, saya sudah terima uang sekian, kamu ambil tanah."
"Kepada bank kita berunding, sampai 2004 baru selesai perundingan dengan bank. Yang membuat bersyukur adalah tidak ada satu pihak bank yang membawa ke pengadilan."
Kini, Ir Ciputra atau Tjie Tjin Hoan meninggal dunia, pada Rabu (27/11/2019) dini hari.
Ciputra menghembuskan napas terakhirnya di Singapura pukul 01.05 waktu setempat.
Lahir di Paringi, Sulawesi Tengah pada 24 Agustus 1931, Ciputra meninggal di umur 88 tahun.
Hingga kini belum diketahui dengan pasti jadwal pemakaman karena menunggu jenazah tiba di Jakarta terlebih dahulu.
(Tribunnews.com/Febia Rosada Fitrianum)