"Jadi nanti kami harapkan Pak Ahok nanti akan jadi ketua kelas ngedrive yang namanya perencanaan Pertamina, ngedrive yang namanya pengawasan Pertamina, ngedrive pembangunan kilang yang memang di tujuan kita untuk menghilangkan impor minyak tadi. Ketika kilang kita makin banyak, maka impor akan semakin berkurang. Ini adalah kunci-kunci kita," tambahnya.
Selain itu, Arya Sinulingga juga menjelaskan alasan pihak Kementerian BUMN menunjuk Ahok yang memang tidak memiliki latar belakang perihal minyak dan gas.
Arya Sinulingga mengatakan apabila Ahok merupakan tokoh baru dalam bisnis energi maka ia tidak mempunyai jaringan di bidang bisnis migas.
Hal tersebut akan memperkecil kemungkinan adanya intervensi dalam bisnis sektor minyak dan gas.
Arya Sinulingga menjelaskan dengan dipilihnya Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina akan menjadi pendobrak.
Karena pihak Kementerian BUMN mengetahui Pertamina membutuhkan sosok seperti Ahok.
"Kenapa kita pilih Pak Ahok. Pak Ahok ini di bisnis migas ini bukan orang migas sehingga orang yang benar-benar baru di bisnis migas. Dia tidak punya jaringan di bisnis migas," terang Arya Sinulingga.
"Karena kami tahu Pertamina butuh orang sebagai pendobrak. Kalau orang yang sudah tahu jaringan bisnis migas, maka kemungkinan untuk intervensi akan sangat besar. Makannya kami pilih Pak Ahok," tambahnya.
Sebelumnya, Menteri BUMN, Erick Thohir telah mengumumkan Ahok akan menjabat sebagai Komisaris Utama di Pertamina, pada Jumat (22/11/219).
Ahok didampingi oleh Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin yang menjadi Wakil Komisaris Utama Pertamina.
Kemudian Ahok telah menerima Surat Keputusan (SK) penunjukan dirinya sebagai Komisaris Utama Pertamina di kantor Kementerian BUMN, Senin (25/11/2019).
Nantinya, Ahok akan melakukan pengawasan secara internal Pertamina.
Ahok menjelaskan menjadi Komisaris Utama di Pertamina akan membantu dan mengawasi kerja direktur utama dan tim.
(Tribunnews.com/Febia Rosada Fitrianum)