Kemendagri Apresiasi Sikap Positif Anies Baswedan Saat Tanggapi Pernyataan Tito Karnavian
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengapresiasi sikap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyambut positif pernyataan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito karnavian saat Munas ke IV APPSI 2019 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (26/11/2019) lalu.
Kemendagri melalui Kepala Pusat Penerangan, Bahtiar menjelaskan pernyataan yang dikeluarkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian terkait Jakarta seperti kampung bukanlah konteks untuk menyindir.
Menurut Bahtiar, Konteks yang disampaikan lebih pada penjelasan terkait kecepatan pembangunan Kota Shanghai yang sangat cepat dibanding kota-kota besar di Dunia.
"Mendagri menjelaskan kecepatan pembangunan Kota Shanghai dibandingkan kota-kota besar di dunia."
"Konteksnya utuh tentang perubahan geopolitik dunia dan transformasi pembangunan, bukan menyindir Jakarta," kata Bahtiar di Jakarta, Rabu (27/11/2019), seperti dikutip dari situs Kemendagri.
Lebih lanjut, pihaknya mengapresiasi sikap Anies baswedan yang menyambut positif pernyataan Mendagri dengan tidak terbawa arus kesalahpahaman.
Menurutnya, Anies Baswedan sangat memahami konteks yang dibicarakan Mendagri dalam forum tersebut.
"Sekali lagi Pak Menteri konteksnya tentang perubahan geopolitik di dunia dan transformasi pembangunan, dan kami apresiasi Pak Anies yang merespon positif dan tidak ikut salah faham karena beliau hadir dan mengikuti secara seksama seluruh hal yang disampaikan dalam forum APPSI kemarin," ujar Bahtiar.
Seperti dikutip dari Kompas.com, Anies dengan tenang menanggapi pernyataan Tito Karnavian seusai forum yang mengukukuhkan dirinya menjadi Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) tersebut.
Menurutnya, apa yang disampikan Mendagri yakni mengenai cepatnya perubahan di dunia utamanya di Shanghai, dan hal itu tidak bisa dilepaskan dari konteks pembicaraannya.
Anies juga mengaku setuju dengan pernyataan Mendagri karena Tiongkok melalui berbagai upaya pembangunan yang dilakukan telah melompat jauh jika dibandingkan dengan negara lain.
"Jadi menurut saya justru pelajaran penting yang kita ambil dari pesan yang disampaikan Pak Mendagri tadi adalah pesan tentang transformasi sebuah negara."
Pesan pentingnya, lanjut dia, masalah transformasi tidak berlangsung hanya dalam satu atau dua hari melainkan memakan waktu yang panjang.
"Jadi menangkap pesan dari pak Tito itu tadi tentang bagaimana transformasi sebuah negara. Nah, ini yang nanti harapannya juga kita lakukan. Misalnya contoh di Jakarta, kita melakukan transformasi transportasi," tambah Anies.
Kepala Pusat Penerangan Kemendagri Bahtiar menjelaskan, pernyataan Mendagri sejalan dengan Anies Baswedan.
Oleh sebab itu, menurutnya semua pihak termasuk masyarakat perlu melihat bahwa pembangunan daerah serta negara harus konsisten sehingga dapat dirasakan masyaraat di masa depan.
"Sebenarnya pernyataan Pak Mendagri sejalan dengan Pak Anies melalui berbagai upaya pembangunan yang dilakukan Tiongkok sebagai contoh, Kota Shanghai telah melompat jauh jika dibandingkan dengan negara-negara lain," ungkap Bahtiar.
Lebih lanjut, menurutnya apa yang disampaikan atasannya tersebut sebagai sharing pemikiran dan gagasan kepada APPSI.
Hal itu untuk menjadi motivasi bagi seluruh pemrpov untuk berlomba membuat inovasi percepatan menghadirkan pelayanan terbaik, kenyamanan, keamanan dan ketertiban sosial serta kesejahteraan masyarakat.
"Artinya, semua pihak termasuk masyarakat juga perlu melihat pembangunan lebih jauh ke depan dalam prosesnya yang dapat dirasakan beberapa tahun ke depan."
"Artinya dalam melakukan pembangunan daerah serta negara harus konsisten sehingga hasilnya dapat dirasakan masyarakat dimasa depan," jelas Bahtiar.
Komentar Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso
Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso turut berkomentar terkait pernyataan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian yang menyebut Jakarta seperti kampung, kalah dengan Shanghai.
Tanggapan Sutiyoso tersebut disampaikan dalam acara Kabar Petang yang kemudian diunggah oleh kanal YouTube tvOneNews, Rabu (27/11/2019).
Sutiyoso menuturkan jika membandingkan kota satu dengan kota yang lain pasti ada perbedaannya.
Namun menurutnya, Jakarta tidak terlalu jelek.
"Jadi membandingkan kota satu dengan yang lain pasti ada perbedaannya, tetapi kita sebagai rakyat Jakarta ini nggak usah khawatirlah, kita nggak jelek-jelek amatlah," ujar Sutiyoso.
Sutiyoso meuturkan bahwa dari gubernur ke gubernur terus melanjutkan pembangunan dan membenahi kota.
"Apalagi dari gubernur ke gubernur terus dilanjutkan pembangunan dan saya lihat Gubernur Anies terus membenahi kota ini," terangnya.
Sutiyoso kemudian membandingkan Jakarta dengan Ibu Kota Asia Tenggara yang lain, seperti Manila Filiphina.
Jika dibanding dengan Manila, menurut Sutiyoso Jakarta lebih baik.
Lalu jika dibandingkan dengan Bangkok Thailand masih seimbang.
"Tetapi kalau sesama Ibu Kota Asia Tenggara, kalau dibandingkan dengan Manila ya kita lebih baik, kalau dibandingkan dengan Bangkok masih seimbang," jelas Sutiyoso.
Lebih lanjut, Sutiyoso menjelaskan bahwa Jakarta kalah dengan Ibu Kota Malaysia yang sekarang telah dipindah dari Kuala Lumpur ke Putra Jaya yang tambah rapi dan bagus.
"Ya kita kalahnya dengan Malaysia apalagi setelah ibu kotanya dipindah ke Putra Jaya, memang tambah rapi, tambah bagus mereka," terang Sutiyoso.
Sutiyoso menuturkan memang Jakarta tidak sebanding dengan Shanghai, namun kebijakan pemindahan ibu kota yang akan dilakukan dapat mengurangi beban Jakarta.
"Kita memang tidak sebanding dengan mereka, tetapi apabila nanti juga ibu kota negara ini jadi di pindahkan oleh Pak Jokowi itu juga akan mengurangi beban kita dan saya rasa itu adalah kebijakan yang dari dulu kita tunggu-tunggu," jelas Sutiyoso.
Lebih lanjut, Sutiyoso menjelaskan fungsi Jakarta sebagai pusat pemerintahan, ekonomi, kebudayaan serta pendidikan menjadi faktor lain yang menimbulkan masalah-masalah sosial yang tak ringan.
Jika dibandingkan dengan Shanghai yang hanya sebagai kota wisata dan pusat perdagangan.
"Nah Shanghai ini kan hanya kota wisata dan pusat perdagangan ekonomi gitu kan berbeda dengan kita fungsinya banyak sekali," ujar Sutiyoso.
"Pusat pemerintahan, pusat ekonomi, pusat kebudayaan, pusat pendidikan, banyak sekali yang kita beban itu juga menimbulkan masalah-masalah sosial yang tidak ringan," jelasnya.
(Tribunnews.com/Tio/NandaLusiana) (Kompas.com/RyanaAryadita)