Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Christianto Wibisono, Founder dan Chairman PT Pusat Data Bisnis Indonesia sangat mengenal sosok Ciputra yang meninggal dunia di Singapura, 27 November 2019 lalu.
"Saya mengikuti kisah sukses Ir Ciputra dari dekat sebagai salah satu pendiri majalah Tempo 1970-1974 dan dari jauh sebagai pengelola Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI)," ungkap Christianto kepada Tribunnews.com, Jumat (29/11/2019).
Salah satu rahasia sukses karier Ciputra, menurut Christianto Wibisono adalah bagaimana Ir Ciputra bisa mengatasi “stigma” negatif tentang “conflict of interest” dan sukses melaksanakan atas dasar win win solution seluruh stakeholders dan hasilnya survive pergantian rezim politik dan patron politik yang menaunginya silih berganti.
"Ir Ciputra adalah CEO PT Pembangunan Jaya, sebuah BUMD yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemda DKI sejak era gubernur Sumarno 1960-1966. Sebetulnya Pemda DKI tidak setor, hanya melimpahkan proyek pembangunan Pasar Senen ke PT Jaya. Pemegang saham yang setor adalah Hasyim Ning, Dasaad, Jusuf Muda Dalam (Gubernur BI ke-5 dan Sucipto S Amidarmo tokoh AJB Bumiputera 1912)," kata dia.
Jadi menurutnya, Ciputra adalah “CEO yang dipercaya” mengelola “BUMD PT Pembangunan Jaya".
Baca: Inilah Daftar Penerus Bisnis Almarhum Ciputra, Mewariskan Ciputra Group Hingga ke Cucu
Baca: Maruarar: Ciputra Pengusaha Teladan dan Bertanggungjawab
"Ciputra memiliki perusahaan private bersama 2 alumni ITB Ir Budi Brasali dan Ir Ismael Sofyan yang bergabung dalam PT Perencana Djaya sebagai biro arsitek. Nah Ir Ciputra sukses menjadi CEO PT Jaya maupun Perencana Djaya."
"Dwifungsi itu sukses menjalankan baik BUMD maupun perusahaan privatenya. Ciputra bahkan melewati 7 Gubernur sejak Sumarno, Ali Sadikin, Tjokropranolo, Suprapto, Wiyoga, Suryadi Sudirja dan Bang Yos. Ia juga sukses memperoleh proyek dan bekerjasama dengan konglomerat Nasional Oom Liem Sioe Liong dalam pengembangan Pondok Indah dan kemudian Pantai Indah Kapuk," ujarnya.
Meskipun Metropolian Land yang menguasai kaveling Sudirman, menurut Christianto, diakuisisi oleh konglomerat Murdaya Poo Ci Gwan pasca krismon 1998.
"Setelah sukses dengan dwifungsi BUMD dan perusahaan profesi patungan alumni, maka Ciputra baru mendirikan perusahaan pribadi untuk keluarga dan anak anaknya. Maka sekolah management baik di Indonesia maupun di seluruh dunia patut mempelajari bagaimana kisah sukses Ir Ciputra mengendalikan sebuah BUMD sambil mengelola perusahaan private PT Perencana Djaya sukses melampaui sirkulasi gubernur DKI dan PT Pembangunan Jaya sebagai BUMD mapun PT Perentjana Djaya sukses berkinerja tanpa terjerembab pada “konflik kepentingan “ atau bahkan terjerumus kepada penyakit umum KKN, konflik kepentingan yang “merugikan keuangan negara” dan menguntungan orang (lain) atau diri sendiri."
Sukses inilah menurut Christianto yang harus ditebarkan sebagai virus agar Indonesia dan provinsi lain bisa melahirkian 34 PT Jaya lain dan 34 Ciputra lain termasuk 120 BUMN bisa mengkloning keberhasilan Ciputra secara “ajaib” mensinergikan kepentingan Pemda, perusahaan privatenya dan mampu mengentaskan keluarga dengan grup perusahaan milik pribadi sambil tetap menyaksikan PT Jaya dan Perentjana Djaya sukses survive dan ber eksistensi lewat pergantian gubernur.
Baca: Sempat Alami Krisis Moneter 1998, Ir Ciputra Terapkan 3 Prinsip Ini pada Perusahaanya
Baca: Founder dan Chairman Ciputra Group Meninggal Dunia, Jenazah Akan Disemayamkan di Ciputra Artpreneur
Yang sekarang, menurutnya, justru mengkhawatirkan adalah “perang dingin” Pemerintah Pusat dan Gubernur DKI memasuki pilgub 2022 dan pilpres 2024, Tentu saja untuk konflik semacam ini bukan tugas Ir Ciputra yang sudah menghadap Sang Maha Pencipta.
"Selamat jalan Pak Ci. Sukses saat mengelola trifungsi entitas bisnis BUMD, Profesi, Keluarga merupakan karya dan kinerja yang layak dapat “Doctor Honoris Causa” maupun award dan teori apa saja dalam lingkup Kebijakan Publik. Kiranya nantinya layak jadi contoh soal kasus studi management profesional bagi siapa pun," kata dia.