Namun, ia menilai pemerintah perlu melakukan sosialisasi terlebih dahulu, mengenai kebijakan AI yang akan membantu fungsi administrasi petugas pelayanan.
Trubus menilai selama ini pemerintah belum melaukan proses sosialisasi.
"Tapi ini kan perlu sosialisasi, perlu proses, selama ini belum ada," ungkap Trubus.
Ia menilai para ASN mempunyai pikiran bahwa yang membantu nanti adalah sebuah robot.
Sebuah robot yang dibayangkan wujudnya seperti dalam film.
"Persepsinya yang pertama kan bahwa itu robot, karena selama ini yang terbayang di film-film itu, dibayangannya seperti itu," katanya.
"Jadi mereka membayangkan semuanya dikerjakan oleh robot, terus kita suruh ngapain, gitu," jelas Trubus.
Sementara itu, Praktisi Artifisial Intelijen, Nazim Machresa mengatakan, pernyataan Jokowi tentang penggantian dan robot tersebut, ia menilainya kurang tepat.
"Sebaiknya presiden tidak bilang mengganti ya, kemudian juga jangan bilang robot," ujar Nazim.
Nazim mengatakan, nantinya tugas AI adalah membantu pekerjaan administrasi yang dilakukan sehari-hari.
"Sebetulnya yang dimaksud kapasitas AI itu adalah membantu pekerjaan-pekerjaan yang nantinya hanya klerikal atau sesuatu yang berulang-ulang," jelasnya.
Baca: Presiden Jokowi Mengeluh Terjebak Macet 30 Menit, Anies Baswedan: Kita Mengalami Penurunan Kemacetan
Klerikal adalah tipe pekerja yang dibutuhkan secara operasional, bersifat keseharian, dan tidak membutuhkan proses menetapkan sesuatu dalam pekerjaannya.
"Jadi pekerjaan yang tadinya itu klerikal digantikan oleh robot sehingga sumber daya manusianya bisa mengerjakan pekerjaan yang lebih valuable (bernilai) untuk bisnis," lanjut Nazim.
Nazim mengungkapkan, manusia yang melakukan tugas administrasi tersebut nantinya tidak digantikan, namun dialokasikan dalam pekerjaan lain.