Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bagi sebagian orang yang percaya, keris bukan hanya sekedar senjata, lebih jauh lagi keris dianggap memiliki daya magis spiritual dan dianggap memiliki kekuatan magis bagi sebagian orang.
"Di dalam Keris sebenarnya ada tiga unsur, yaitu ada unsur senjata, budaya, estetika, dan unsur supranatural," ujar Nurul Hidayat, seorang kolektor keris yang menunggu booth keris di UN Day 2019 yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri RI bersama Kemendikbud dan PBB di lantai tiga Perpustakaan Nasional (Perpusnas), di Jalan Merdeka Barat, Senin (2/11/2019).
Keris yang ditampilkan merupakan hibah dari salah satu pemilik toko buku ternama bernama Haji Mas Agung.
Koleksi keris yang dimiliki Haji Mas Agung mencapai 5.000 buah.
"Beliau mempunyai koleksi kurang lebih 5000 pusaka. Beliau meninggal tahun 1990. Tahun 1992 di hibahkan pada ibu Tien Suharto (Taman mini). Akhirnya kami dibuatkan taman pusaka di sana," ujar Nurul.
Baca: Warga Temukan Keris di Area Sumur Kuno yang Diduga Peninggalan Kerajaan Jenggala
Keris merupakan belati berbentuk asimetris yang khas berasal dari Indonesia. Keris yang tertua diketahui berasal dari abad ke- 10 dan kemudian menyebar dari Pulau Jawa ke seluruh wilayah hingga ke Asia Tenggara.
"Pusaka itu dulu dibuat sebenarnya bukan untuk membunuh. Jadi sebagian orang membawa pusaka itu lebih percaya diri, karena mengandung khaddam, isi si penunggu pusaka itu sendiri," ujar Nurul Wartawan.
Keris telah didaftarkan dalam representatif warisan budaya tak benda, walaupun awalnya sudah diakui pada tahun 2005.
Baca: Mengenal Keris Kyai Nogo Siluman, Pusaka Pangeran Diponegoro yang kini Justru Disimpan Belanda
Pisau Keris biasanya berukuran kecil, namun dasarnya lebar dan asimetris. Sarung terbuat dari kayu atau bahan lain seperti gading dan emas.
Mewarisi tradisi nenek moyang, pada hari-hari tertentu, misalnya seperti malam satu Suro, pusaka-pusaka tersebut dimandikan atau biasa disebut dijamas.
"Kerena ini kebiasaan nenenk moyang kita, orang tua kita. Di bulan suro, biasanya kakao lupa suka mengingatkannya lewat mimpi atau mengalami kejadian yang aneh," ujar Nurul.
Proses perawatan pusaka menyesuaikan dengan tradisi di tiap-tiap daerah. Lebih lanjut Nurul berujar tradisi yang ada di sejumlah Pulau Jawa itu berbeda.
"Tradisinya kalau Jogja, Solo, Jawa Tengah, Jawa Timur itu tradisinya jamusan pusaka itu setiap bulan satu Suro. Kalau di Jawa Barat, Banten, Cirebon bulan lalu," ujar Nurul
Nilai estetika keris meliputi dhapur (bentuk desain bilah, dengan 40 varian), pamor (pola dekorasi paduan logam pada bilah, dengan sekitar 120 varian) dan tangguh yang mengacu pada usia dan asal keris.
"Nanti kami juga akan ada pameran juga tanggal 13 Desember sampai 2 Januari di museum pusaka taman mini, kami bergabung dengan Komunitas Pecinta Keris dari seluruh Indonesia," ujar Nurul Hidayat
Caption: UN Day 2019 yang diadakan Kemlu bersama dengan Kemendikbud dan PBB, Keris juga ikut dipamerkan di lantai tiga Perpustakaan Nasional (Perpusnas), di Jalan Merdeka Barat, Senin (2/11/2019).