Menurutnya, keberadaan granat seharusnya sudah terdeteksi dalam penyisiran sepanjang acara tersebut.
"Jangan-jangan setelah 212 baru dimasukkan ke Monas. Setelah acara (212) juga kan (Monas) disisir. Harusnya saat penyisiran kan (granat) sudah didapat, kalau mereka dari awal sebelum acara sudah membawa," tutup Beni.
Beni Sukadis juga menyangsikan ledakan di Monas disebabkan oleh granat asap.
Beni mengaku belum pernah mendengar riwayat granat asap (di luar bom fosfor) pernah meledak dan melukai orang.
"Granat asap kan hanya buat pengalihan saja untuk mengusir. Kemungkinan sih granat nanas, makanya bisa sampai melukai begitu. Kalau dilihat dari foto-fotonya kan memang cukup parah ya," jelas Beni.
"Tapi saya tidak tahu kalau polisi bilang granat asap," tambah dia.
Granat Asap di Mata Peneliti
Pengamat menyebutkan granat asap tidak sama dengan granat api atau granat nanas.
Granat asap diciptakan untuk mengepulkan asap, tidak meledak maupun menghancurkan sekeliling.
Melansir Kompas.com, granat asap berfungsi sebagai penanda.
Peneliti bidang kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Joddy Arya Laksmono mengungkapkan, granat asap bukan sebagai bahan peledak atau senjata.
“Sebetulnya fungsinya adalah sebagai alat penanda untuk zona sasaran atau pendaratan,” tutur Joddy.
Ia menjelaskan terdapat dua jenis granat asap yang jamak digunakan.
Pertama, granat asap warna-warni yang cenderung aman jika seseorang terpapar.