TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Sandiaga Uno mengatakan tidak memiliki kesempatan untuk mengkaji rekam jejak dari Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di korporasi.
Hal tersebut diungkapkan dalam acara Mata Najwa yang videonya diunggah di kanal YouTube 'Najwa Shihab', pada Rabu (4/12/2019).
Sandi menjelaskan Pertamina merupakan satu di antara perusahaan BUMN yang terbesar, dari segi aset yang dimiliki hingga tugas yang ditopang oleh pemimpinnya.
Satu di antara tugas yang berat menurut Sandi adalah sebagai penyedia energi.
Tidak hanya itu, terlalu banyak lakukan impor minyak dan gas yang mengakibatkan defisit neraca perdagangan.
"Ini Pertamina BUMN terbesar, dari segi aset dan juga tugas terbesar satu di antaranya penyedia energi," ujar Sandi.
"Yang membuat kita garuk-garuk kepala adalah defisit neraca perdagangan yang diakibatkan defisit daripada kebanyakan impor migas, ini tugas dari Pertamina," tambahnya.
Sandi menuturkan tidak berkesempatan untuk melihat karier Ahok dalam sebuah korporasi.
Meski demikian, Sandi pernah melanjutkan kerja Ahok dalam pemerintahan DKI Jakarta.
Menurut Sandi, yang harus dipertanyakan adalah para Tim Penilai Akhir yang memutuskan Ahok layak menjadi komisaris utama di Pertamina.
Karena Sandi menjelaskan dalam menentukan komisaris dan direksi terdapat alurnya.
Sandi mengatakan yang harus dipertanyakan dari penunjukan Ahok adalah apakah sosok tersebut pernah memimpin sebuah perusahaan.
Atau pernah menjadi komisaris di perusahaan apa, bagaimana rekam jejaknya, apakah memiliki pengalaman di bidang minyak dan gas, dan sebagainya.
Sandi juga yakin, nantinya Ahok akan berhadapan dengan mafia minyak dan gas yang telah menjadi rahasa umum.