TRIBUNNEWS.COM - Kamu mungkin cukup familiar dengan Natuna. Kepulauan yang berada di punggung utara Indonesia atau tepatnya di Kepulauan Riau, semakin bergairah. Sejak munculnya era digital, Natuna kian menunjukkan ‘taringnya’ di industri pariwisata dan budaya.
Sinyal internet yang sudah masuk ke dalam perkampungan, membuka peluang warga Natuna yang memiliki hobi fotografi dan videografi untuk mempromosikan daerah wisata di beberapa kawasan Kabupaten Natuna.
Dua loka wisata yang terkenal, Batu Sindu dan Batu Datar terbukti tidak henti-hentinya menarik perhatian para pelancong. Batu-batuan besar berbentuk lonjong terhampar dari atas bukit hingga ke permukaan laut.
Wisata alam di sini sangat alami. Sampah memang ada tapi jumlahnya lebih sedikit dibanding loka wisata populer di Indonesia, seperti Kepulauan Seribu dan Karimun Jawa.
Coba saja berenang ke dalamnya dan membuka mata di dalam air, airnya sungguh amat jernih.
Kalau berkunjung ke Batu Datar, jangan lupa saksikan penampilan budaya tradisional Alu, yaitu kesenian tradisional masyarakat Natuna yang sudah ada sejak zaman penjajahan di masa lampau. Alu yang merupakan tongkat sepanjang empat meter, dimainkan tujuh hingga sembilan orang.
Masing-masing dari mereka memakai pakaian tradisional Melayu, yaitu Tape Gendong dan mengikatnya di pinggang mereka. Nantinya alu yang dipukulkan ke sebuah lesung membentuk nada-nada dan dinyanyikan bersama. Lagu ini merupakan rasa syukur masyarakat di masa panen.
Pertunjukan ini akan dibawakan langsung oleh sanggar Seni Melayu Anak Negeri.
Natuna Merdeka Sinyal
Penggiat pariwisata di Kep. Natuna, Arief Naen (30) berbicara mengenai pentingnya penggunaan media sosial untuk memperkenalkan pariwisata Natuna, khususnya wisatawan luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.
Ada begitu banyak destinasi eksotis yang bisa dipamerkan. Apalagi Natuna merupakan salah satu kawasan Geopark Nasional.
Semenjak proyek Palapa Ring Barat rampung, banyak hal yang bisa dicapai oleh warga di sini. Tidak hanya industri pariwisata, berbagai kegiatan industrial, pemerintahan, dan pelayanan publik kini lebih mudah. Selain itu, jarak dan waktu tak lagi jadi kendala dalam mengirim informasi.
Palapa Ring Barat didukung dengan jaringan kabel serat optik yang menghubungkan dua provinsi yaitu Riau dan Kepulauan Riau.
Hasilnya sinyal sangat mudah didapat. Bahkan untuk mengakses internet sudah bisa dilakukan dalam hitungan detik termasuk dari pulau terluar Provinsi Kepri, Natuna.
“Tiga tahun ke belakang sebelum ada Palapa Ring Barat, kami kesulitan menemukan titik untuk menemukan jaringan internet,” ujar Naen. “Padahal dengan adanya internet di loka wisata, masyarakat maupun wisatawan dapat dengan mudah memuat foto atau video kegiatan mereka selama berwisata di kepulauan Natuna.”
Masyarakat merasa terbantu dengan adanya akses internet cepat di kepulauan Natuna seperti sekarang ini. Dilansir dari situs resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (KOMINFO), warga Natuna kian gencar berbisnis dengan menggunakan media online dan grup media sosial.
Omzet pelaku UMKM yang berjualan online bisa Rp2-Rp 3 juta per bulan dan itu hanya bermodalkan paket internet bulanan di smartphone saja.
Di tahun 2019 ini mulai dari bulan Januari hingga Oktober, Naen sudah membawa para wisatawan berkeliling kepulauan Natuna sebanyak 80 wisatawan.
Ia berharap agar jaringan internet di kepulauan Natuna diperluas sehingga bisa mencakup wilayah terpencil. Pasalnya, belum semua loka wisata di kepulauan Natuna bisa mendapatkan sinyal internet. Tanjung Datuk misalnya.
Tahun 2020, KOMINFO berencana mengajukan hal yang sama dalam Program BAKTI Kominfo. Sehingga nantinya seluruh desa dan tempat pendidikan mendapatkan akses internet gratis.
Penulis: Dana Delani