Di tahun berikutnya, Listyo Sigit menduduki jabatan sebagai Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sulawesi Tenggara.
Ketika Presiden Joko Widodo memenangkan Pilpres pada 2014, Listyo Sigit kemudian diangkat menjadi ajudan presiden.
Selama dua tahun menjadi Ajudan Presiden Jokowi, Listyo Sigit Prabowo langsung naik pangkat dari komisaris besar menjadi brigadir jenderal dan diberikan jabatan Kapolda Banten.
Listyo Sigit juga pernah memperoleh penolakan ulama saat dimutasi menjadi Kapolda Banten.
Saat itu Ulama dan MUI se-Banten terang-terang menyatakan penolakan Kombes Listiyo Sigit sebagai Kapolda Banten.
Bahkan sejumlah ulama Banten mendatangi Mabes Polri, meminta Kapolri agar Kapolda Banten tidak dijabat oleh non muslim, mengingat mayoritas warga Banten adalah Muslim
Namun Polri dan Listyo Sigit Prabowo tak mundur dan bahkan Listyo Sigit mendatangi para ulama untuk menyampaikan tugasnya.
Listyo Sigit menjabat sebagai Kapolda Banten selama dua tahun, yaitu dari 2016 hingga 2018.
Pada 2018, Listyo Sigit diangkat menjadi Kadiv Propam menggantikan Irjen Martuani Sormin, yang ditugaskan sebagai Kapolda Papua.
Tidak hanya itu, Listyo Sigit juga mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Inspektur Jenderal Polisi.
Dilansir Kompas.com, saat menjabat Kapolresta Surakarta, Irjen Listyo Sigit pernah menangani kasus bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS), Kepunton, Solo, Jawa Tengah.
Listyo Sigit diketahui memiliki kedekatan dengan Wali Kota Solo saat itu, Joko Widodo.
Sehingga saat Presiden Joko Widodo terpilih menjadi presiden di tahun 2014, Listyo pun diangkat sebagai ajudan presiden.
Jokowi memilih orang yang pernah dekat dengannya untuk memastikan kerjanya berjalan optimal.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (TribunnewsWiki.com/Ami Heppy) (Kompas.com/Ahmad Naufal Dzulfaroh)