Ada banyak bebatuan besar di sungai sehingga perlu pendalaman dengan cara pengerukan.
Pengerukan ini supaya sungai bisa digunakan untuk menopang kegiatan mobilisasi unit maupun logistik.
Lalu lintas mobilisasi unit dan logistik ini, untuk sementara menggunakan kapal landing craft tank (LCT) melalui sungai Kayan.
Khaerony menerangkan, alat berat tidak bisa dikirim lewat darat karena jalan dan jembatan yang ada belum memadai untuk dilewati kendaraan berat.
Baca: Sebut Jiwasraya Bermasalah Sejak Era SBY, Jokowi: Ranahnya Sudah Masuk ke Kriminal
Proyek ini pun, lanjutnya, melibatkan masyarakat lokal karena mereka juga dipekerjakan sebagai operator alat berat, tenaga unskill, dan lainnya.
Karakteristik sungai Kayan ini cocok sekali untuk dibuat PLTA Kayan Hydro Energy karena debit airnya yang mencapai 1.700 meter kubik/detik.
Ditambah, hulu sungai ini juga ditopang oleh Taman Nasional Kayan Mentarang seluas 1,35 juta hektare.
Sehingga, PLTA Kayan Hydro Energy ini tidak hanya bisa menjamin listrik di Kalimantan Utara saja, tapi juga pembangunan ibu kota negara baru di Penajam Paser Utara.
PLTA Sungai Kayan yang dibangun di atas lahan seluas 12.000 hektare itu diproyeksikan menghasilkan kapasitas listrik sebesar 9.000 megawatt dari lima bendungan yang dibangun secara bertahap.
Bendungan pertama diproyeksi dapat menghasilkan 900 megawatt. Selanjutnya, pembangunan akan dilakukan pada bendungan kedua berkapasitas 1.200 megawatt, bendungan ketiga dan keempat yang masing-masing menghasilkan 1.800 megawatt dan bendungan kelima dengan 3.200 megawatt.