"Di sisi lain kita juga negara penghasil sawit terbesar di dunia, dengan potensi sawit sebesar itu kita punya sumber bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar solar," jelasnya.
Adanya penghasilan minyak sawit yang melimpah itu, Jokowi ingin pemerintah bisa mendukung energi potensial yang dimiliki Indonesia.
"Potensi itu harus kita manfaatkan untuk mendukung petahanan dan kemandirian energi potensial," ungkap dia.
Sehingga Jokowi meminta pemerintah harus serius mengurangi impor solar.
"Usaha-usaha untuk mengurangi impor khususnya solar harus terus dilakukan dengan serius," ujarnya.
Ia menyampaikan, Indonesia bisa menghemat keuangan negara sebesar Rp 63 triliun setelah berhasil melakukan program energi terbarukan ini.
"Kalkulasinya jika kita konsisten menerapkan B30 ini, menghemat devisa negara kurang lebih 63 triliun, jumlah yang sangat besar sekali," ungkap Jokowi.
Kemudian, menurutnya, program B30 akan memunculkan permintaan crude palm oil (CPO) atau minyak sawit dari dalam negeri.
Baca: Tol yang Diresmikan Jokowi di Tahun Ini, dari Trans Sumatera Sampai Layang Japek
"Ketiga yang tidak kalah pentingnya, penerapan B30 akan memunculkan permintaan domestik akan CPO yang sangat besar," katanya.
"Selanjutnya, menimbulkan multi player efek terhadap Rp 16,5 juta petani pekebun kelapa sawit kita," lanjut Jokowi.
Menurut Jokowi, program tersebut akan menimbulkan efek besar terhadap pekebun kelapa sawit, baik kecil maupun menengah.
"Ini artinya problem B30 akan berdampak pada pekebun kecil maupun menengah, petani rakyat yang selama ini memproduksi sawit, serta pekerja yang bekerja di pabrik kelapa sawit," jelasnya.
Selain itu, Jokowi juga mengungkapkan, program energi terbarukan yang dimulai dari B30 ini, negara luar tidak akan bisa menekan Indonesia lagi terkait ekspor CPO Indonesia.
"Selain itu, program B30 nantinya setelah masuk ke B40 B50 dan nanti ke B100, akan tidak mudah kita untuk ditekan-tekan lagi oleh negara manapun, terutama kampanye negatif yang dilakukan oleh beberapa negara terhadap ekspor CPO kita, karena kita memiliki pasar dalam negeri yang sangat besar," ungkap Jokowi.
(Tribunnews.com/Nuryanti)