TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –BNPB memperkirakan intensitas hujan di Jakarta dan sekitarnya sudah tidak seekstrem seperti pada saat bencana 1 Januari lalu.
Pernyataan ini menanggapi peringatan dari kedubes AS kepada warganya di Jabodetabek akan terjadi intensitas yang tidak kalah besarnya dibanding saat menjelang tahun baru 2020 lalu.
"Potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat memang masih ada di Jakarta, terutama pada periode taggal 9 - 12 Januari 2020. Namun kami memprediksi intensitas hujannya tidak se-ekstrim curah hujan pada tanggal 1 Januari lalu," kata Agus Wibowo Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB kepada Tribunnews.com, Rabu (8/1/2020).
Sementara Ana Oktavia Setiowati Kepala Bidang Layanan Informasi Cuaca BMKG mengatakan hal yang sama.
"Potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat memang masih ada di Jakarta, terutama pada periode tanggal 9 - 12 Januari 2020. Namun kami memprediksi intensitas hujannya tidak se-ekstrim curah hujan pada 1 Januari 2020," jelas Ana saat dikonfirmasi.
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang dilakukan oleh BPPT dan TNI dengan dukungan BNPB telah berhasil menurunkan intensitas hujan sedang-lebat yang seharusnya tiba di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek), seperti pada Senin lalu (6/1/2020).
BNPB akan terus melakukan operasi ini untuk menghindari hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Jabodetabek.
Pada Selasa (7/1/2020), pesawat CN 295 dan Casa 212-200 milik TNI ini melakukan 4 sorti penyemaian awan dengan cakupan wilayah barat daya, barat, barat laut. Total bahan semai NaCl untuk penyemaian mencapai 6,4 ton.
"Berdasarkan laporan BPPT, hujan berhasil diturunkan di perairan barat laut dan barat daya Jabodetabek. Laporan ini merujuk pada data satelit yang menunjukkan wilayah terjadinya hujan," kata Agus dalam rilisnya..
Pada sorti pertama dengan menggunakan CN295, bahan semai NaCl sebanyak 2,4 ton disebarkan pada wilayah barat hingga barat daya Jabodetabek, sorti berikutnya dengan Casa 212-200 dengan kapasitas semai 800 kg mendistribusikan bahan semai di perairan Selat Sunda.
Sorti ketiga, bahan semai ditebar di barat laut Jabodetabek, sedangkan sorti terakhir dengan CN 295 bahan semai sejumlah 2,4 ton disemai pada wilayah barat hingga barat laut Jabodetabek.
BNPB bekerja sama dengan BPPT dan TNI akan terus melakukan operasi TMC mengingat manfaat TMC untuk mengantisipasi cuaca ekstrem, khususnya curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang berpotensi jatuh di wilayah Jabodetabek.
Sejak dilakukan pada 3 Januari 2020 lalu, operasi TMC melalui pesawat fixed-wings telah melakukan 20 sorti penerbangan dengan total bahan semai NaCl mencapai 32 ton.
Penerapan TMC bertujuan untuk menurunkan hujan ke wilayah yang aman dan jauh dari permukiman penduduk atau sebelum awan memasuki kawasan padat penduduk, seperti di wilayah Selat Sunda atau Laut Jawa.
Hujan yang turun dimodifikasi dengan penggunaan Natrium Klorida (NaCl) yang ditebarkan ke bibit awan melalui pesawat Casa 212-200 dan CN-295.
Pelaksanaan operasi TMC untuk penanggulangan bencana banjir di Jabodetabek dan sekitarnya tentunya harus memperhatikan pertumbuhan awan. Hal itu menjadi faktor penting yang harus terus dipantau secara berkesinambungan.
Oleh sebab itu, guna membantu pengamatan cuaca dan kondisi awan di wilayah target, BPPT bekerjasama dengan BMKG untuk analisis data cuaca yang tersedia dari radar Stasiun Meteorologi Cengkareng.
Sementara itu, Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat memang masih ada di Jakarta, terutama pada periode 9 - 12 Januari 2020. BMKG memprediksikan bahwa intensitas hujan tidak se-ekstrim curah hujan pada tanggal 1 Januari 2020.
Menanggapi peringatan dini cuaca atau weather alert dari Kedutaan Besar Amerika Serikat pada 12 Januari 2020 yang akan datang, masyarakat khususnya di wilayah Jabodetabek tidak perlu panik. Senada dengan peringatan dini tersebut, kita tetap waspada, siaga dan menyiapkan rencana darurat keluarga. Langkah ini juga perlu diterapkan oleh setiap keluarga di Indonesia, mengingat potensi bahaya bisa terjadi kapan pun dan di mana pun.