Namun, saat hendak lulus kuliah, dirinya nekat main saham hingga ratusan juta rupiah.
Dikutip dari Kompas.com, selain menjabat sebagai CEO di PT Hanson Internasional TBK, ia juga menjabat sebagai direksi di PT Sinergi Megah Internusa TBK dan PT Suba Indah TBK.
Tak hanya itu, Benny juga menjabat sebagai Komisaris Utama di PT Armidian Karyatama TBK.
Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia dari Kompas.com, Hanson merupakan perusahaan properti.
Bisnisnya tersebut juga masuk ke ranah pertambangan, khususnya batu bara.
Perusahaan tersebut berdiri pada 1971, awalnya bergerak di bidang tekstil.
Namun pada 2008, perusahaan tersebut memutuskan untuk banting setir dan memilih fokus menggarap bisnis tambang.
Alasannya, usaha tekstil saat itu tengah lesu, sementara bersamaan dengan itu harga komoditas baru bara tengah booming.
Untuk merealisasikan niatnya itu, Hanson Internasional melepas kepemilikan 99,99 persen saham di PT Primayudha Mandirijaya (PMJ).
PMJ merukapan anak perusahaannya yang bergerak di bidang tekstil, kepada PT Bitratex Indonesia.
Melalui perusahaan afiliasinya saat itu, PT Hanson Energy, Hanson mengincar tambang batu bara yang berada di Kalimantan Timur dan Sumatera Barat.
Tak berhenti di situ, dari bidang batu bara, perushaan ini lantas kembali mengubah bisnis utamanya menjadi perusahaan landbank properti pada 2013.
Perubahan bisnis tersebut dilakukan setelah mendapatkan lebih dari 4.900 hektar lahan.
PT Hanson Internasional TBK saat ini memfokuskan diri untuk membangun kawasan kota di Maja dan Serpong.
Target segmennya adalah kalangan menegah dan menengah ke bawah.
Tak hanya itu, PT Hanson Internasional TBK mengklaim sebagai satu di antara perusahaan landbank properti terbesar di Indonesia.
Ia memiliki hampir 5.000 hektar lahan untuk dikembangkan di area Jakarta dan sekitarnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri) (Kompas.com/Muhammad Idris) (Kontan.co.id/Ahmad Ghifari, Yuwono Triatmodjo)