Ia menawarkan diri menjadi komisaris salah satu BUMN.
Entah apa yang salah? Atau apa yang penting dari soal itu hingga dijadikan isu yang viral?
Dalam hidupnya sebagai aktivis, tak sekali ia menerima gosip itu.
Sebelumnya di era Pilpres 2019, ia dikabarkan menerima uang dari Jokowi sebesar 45 Milyar rupiah untuk memenangkan Jokowi mengalahkan Prabowo.
Waktu itu, Ia santai saja menjawab. “Itu fitnah karena angka 45 Milyar kok kecil sekali.
Padahal saya TIDAK sedang banting harga.”
Sebagai konsultan politik yang ikut memenangkan presiden tiga kali berturut- turut (kini empat kali), apa
Iya saya dibayar hanya 45 milyar?” Celotehan santai darinya saat itu terasa pas.
Agaknya lebih efektif merespon gosip politik dengan celotehan saja.
Apa daya.
Ia tumbuh sebagai aktivis.
Berdebat di publik menjadi nafasnya. Berdebat dengan data, angka dan hasil riset memang hobinya.
Tapi berceloteh pun oke juga.
Sejak lama, Ia memang rindu. Ia berharap ruang publik lebih diisi oleh debat gagasan.
Ia ingin para elit heboh oleh inovasi.
Ia angankan kembali datang era berpolitik gaya Founding Fathers yang pejuang tapi juga pemikir.