Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembatasan impor yang diberlakukan India terhadap minyak sawit Malaysia dinilai akan menguntungkan Indonesia sebagai negara eksportir nomor satu di dunia, terkait komoditas satu ini.
Renggangnya hubungan diplomatik antara India dan Malaysia yang berdampak pada dibatasinya impor minyak sawit Malaysia dipandang sebagai 'peluang emas' bagi Indonesia.
Seperti yang disampaikan Pengamat Ekonomi INDEF Bhima Yudhistira bahwa ini saatnya para eksportir lokal melakukan penetrasi terhadap pasar India.
Ia memandang pertumbuhan ekonomi negara yang berada di wilayah Asia Selatan ini masih tergolong aman pada kuartal II 2019.
"Ini peluang emas bagi eksportir sawit Indonesia untuk penetrasi pasar di India, secara pertumbuhan ekonomi India masih terbilang solid di atas 5 % pada 2019," ujar Bhima, dalam pesan singkatnya kepada Tribunnews, Kamis (16/1/2020) siang.
Baca: Menteri Industri Primer Malaysia: India Tak Boikot Minyak Sawit Kami
Baca: Di India, Admin Grup WhatsApp Bisa Dipenjara jika Anggota Sebar Gambar Porno
Baca: Malaysia Alihkan Ekspor Minyak Sawit Ke Pakistan Pasca Putusan Boikot India
Bhima juga menyebut jumlah penduduk India yang mencapai 1,3 miliar jiwa pun merupakan pasar yang menjanjikan bagi minyak sawit mentah (CPO).
"(Penetrasi bisa dilakukan) khususnya untuk bahan baku makanan, minuman, kosmetik hingga biodiesel," jelas Bhima.
Menurutnya, kebutuhan CPO di India sangat besar, sehingga kebijakan pembatasan impor terhadap minyak sawit Malaysia yang diterapkan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi bisa menjadi celah buat Indonesia masuk ke pasar negara itu.
"Setiap tahun India menyerap 9 juta ton CPO. Kebutuhan CPO yang besar, tidak tergantikan oleh minyak nabati lokal India," kata Bhima.
Sebelumnya, Menteri Industri Primer Malaysia Teresa Kok membantah laporan yang menyatakan bahwa India telah menyerukan boikot terhadap minyak sawit Malaysia.
Ia mengatakan hal itu terlihat dari sejumlah diskusi yang menunjukkan pembeli dari India menginginkan Malaysia untuk meningkatkan ekspor minyak sawit mentah dan mengurangi ekspor minyak sawit olahan.
Baca: PM Mahathir Mohamad Tanggapi Keputusan India Boikot Minyak Sawit Malaysia
Baca: Fakta Gadis Aceh yang Diduga Jadi Korban Perdagangan Manusia yang Menghilang Sejak 2015
"Boikot apa? Mereka hanya ingin kami (Malaysia) mengekspor lebih banyak minyak sawit mentah dan mengurangi ekspor minyak sawit olahan," kata Kok, dikutip dari surat kabar lokal Bernama.
Pernyataan itu secara tegas disampaikan Kok setelah berdialog dengan petani kelapa sawit Selangor di Kuala Lumpur, Malaysia.
Para importir kelapa sawit dari India secara efektif menghentikan semua pembelian dari Malaysia, setelah pemerintah secara pribadi memperingatkan mereka untuk menghindari impor Malaysia.
Dikutip dari laman Theedgemarkets, Kamis (16/1/2020), peringatan yang dikeluarkan pada pekan lalu itu muncul secara bersamaan seiring langkah India membatasi impor minyak kelapa sawit, setelah PM Malaysia Mahathir Mohamad mengkritisi tindakan India di Kashmir serta Undang-undang (UU) barunya terkait Kewarganegaraan.
Saat ini, pembeli India tidak melakukan pembelian minyak sawit mentah atau olahan dari pemasok utama Malaysia, seperti yang disampaikan lima orang sumber industri yang akrab dengan masalah tersebut.
"Secara resmi, tidak ada larangan impor minyak kelapa sawit mentah dari Malaysia, tetapi tidak ada yang membelinya karena ini adalah instruksi dari pemerintah," kata seorang sumber dari kilang terkemuka.
Ia menambahkan bahwa pembeli India saat ini mengimpor minyak sawit dari Indonesia, meskipun membayar dengan harga premium Malaysia.
India merupakan pembeli minyak kelapa sawit terbesar di dunia, langkah untuk secara efektif memblokir impor dari Malaysia tentu saja dapat menekan harga minyak sawit sekaligus mendorong persediaan minyak sawit di negeri jiran.
Malaysia menetapkan patokan global untuk harga minyak sawit, langkah ini juga dapat menguntungkan Indonesia sebagai negara pengekspor CPO terbesar di dunia.
"Kami dapat mengimpor CPO dari Malaysia, namun pemerintah telah memperingatkan kami 'jangan mengadu kepada kami (pemerintah) jika pengiriman anda nantinya terhambat'," kata seorang pedagang yang berbasis di Mumbai.
Ia menambahkan bahwa tidak ada satupun pedagang maupun importir yang ingin melihat pengiriman minyak sawitnya terhambat di pelabuhan.
Di sisi lain, pemerintah India belum membuat pernyataan publik terkait minyak sawit Malaysia.
Kementerian Perdagangan negara itu pun belum memberikan komentar mengacu pada isu ini.
Minyak kelapa sawit menyumbang hampir dua pertiga dari total impor minyak nabati India.
India diketahui membeli lebih dari 9 juta ton minyak kelapa sawit setiap tahunnya, terutama dari Indonesia dan Malaysia.
Penyuling dan pedagang India telah mengalihkan hampir semua pembelian minyak kelapa sawit ke Indonesia, meskipun harus membayar menggunakan harga premium Malaysia.
Minyak kelapa sawit mentah Malaysia untuk pengiriman Februari tersedia dengan harga USD 800 per ton secara gratis, dibandingkan dengan USD 810 dari Indonesia.
"Seperti yang lainnya, kami membayar mahal untuk persediaan dari Indonesia, untuk keuntungan yang kecil. Kami tidak bisa bertaruh," kata seorang penyuling yang berbasis di Kolkata.