Untuk itu, ia mengunggah cuitannya yang seakan memberi sindiran kepada pemerintah untuk memperbaiki internal di TVRI.
"Makanya yang saya unggah video itu, heran mengapa karyawan sampai sedemikian keras terhadap Dewas," kata Roy Suryo.
Keluarnya surat pemecatan Helmy Yahya, lanjut Roy, semakin membuat suasana dalam TVRI tidak kondusif.
Roy pun membeberkan beberapa alasan soal perkara dipecatnya Helmy Yahya.
"Perkara Helmy Yahya akhirnya dipecat mungkin karena harus ada biaya, ada tunjangan kinerja yang belum cair, ada keterlambatan, memang dari dulu TVRI begitu," katanya.
Pria asli Yogyakarta itu juga mengharapkan tidak terjadi perpecahan di dalam TVRI.
"Kominfo harus segera turun tangan karena jika dibiarkan berlarut-larut yang rugi masyarakat kita," ungkap Roy.
Tak menampik, kekhawatiran Roy Suryo dipengaruhi oleh banyaknya kepemilikan media TV yang berafiliasi dengan partai.
"Terus terang saja, saat ini kan TV sudah beragam, ada yang condong pada partai tertentu, kalau TVRI kan netral."
"Kalau TVRI hilang nanti siapa lagi yang mengawasi negara dan para pejabat publik," tuturnya.
Roy Suryo yang juga seorang pakar informatika itu menilai Kemenkominfo pasti mempunyai jalan terbaik.
"Ambil yang terbaik, tidak ada yang dimenangkan atau dikalahkan, atau kominfo ambil alih lebih dulu."
"Saya yakin kominfo punya jalan terbaik," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)