Kristiawan mengatakan, sumber bantuan berasal dari para relawan serta donatur yang ikut memberikan donasi lewat komunitas yang didirikannya, Sahabat Kristiawan Peduli.
"Motor itu saya beli sendiri atas nama Sahabat Kristiawan Peduli, bukan uang hasil iuran orangtua murid yang banyak beredar di media sosial akhir-akhir ini," kata dia saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (26/1/2020).
Pemberian donasi berupa sepatu dan motor untuk Panji berawal saat motor guru Matematika itu mogok tepat di depan kantor Kristiawan.
Kondisi motor keluaran 2004 itu, kata Kristiawan, seperti sudah tak layak pakai.
Mantan manajer di sebuah perusahaan pelayaran itu lantas mengajak Panji untuk berbincang-bincang.
Diketahuilah, Panji adalah seorang guru honorer dengan gaji sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu per bulan.
Dengan gaji pas-pasan untuk kebutuhan sehari-hari serta membeli bahan bakar untuk kegiatan operasional sehari-hari.
Panji juga masih harus menghidupi ibunya yang tengah sakit.
Setiap hari, Panji berangkat ke sekolah untuk mengajar dengan sepeda motor bututnya.
'Penderitaan' guru Matematika saat bekerja tak berhenti sampai di sini.
Ia juga mengenakan sepatu yang telah bolong, bekas tambal sulam oleh sang ibu.
Terenyuh dengan kisah dan perjuangan Panji, Kristiawan ikut tergerak dan mengajak donatur yang tergabung di Sahabat Kristiawan Peduli untuk memberikan bantuan.
"Saya juga sempat mengunjungi rumah dan melihat kondisinya. Kemudian kami sepakat untuk memberikan donasi untuk Pak Panji."
"Selain itu, Pak Panji juga sering menghubungi temannya untuk minta bantuan karena motornya mogok, rantainya lepas," kata Kristiawan.