TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemuka masyarakat Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Lukman Hadi mengatakan warga setempat menolak rencana observasi 188 warga negara Indonesia anak buah kapal pesiar World Dream, yang dipulangkan dari Hong Kong.
Warga menggalang penolakan dengan menulis surat terbuka atau petisi kepada Presiden Joko Widodo.
"Kami sudah membuat petisi yang ditandatangani lebih dari 1.000 warga. Kami akan sampaikan ke presiden," kata Lukman ditemui tim Tribun Network di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Kamis (27/2/2020).
Warga meminta agar 188 WNI dari Kapal Pesiar World Dream diobservasi atau karantina cukup di kapal KRI TNI AL Dr Soeharso.
Dengan radius 100 mil laut dari pulau berpenduduk dan tidak diturunkan di Pulau Sebaru Kecil.
"Tujuannya agar dapat diobservasi di lepas pantai dan tidak menimbulkan keresahan seperti saat ini. Di mana kapal KRI TNI AL Dr Soeharso jauh lebih memiliki fasilitas lengkap di banding dengan Pulau Sebaru," ucap Lukman.
Dalam surat petisi itu, warga meminta agar pemerintah pusat mengkaji ulang rencana observasi 188 Warga Negara Indonesia (WNI) dari kapal pesiar World Dream ke Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Sesuai rencana, 188 WNI tersebut tiba, Jumat (28/2/2020) siang.
"Karena, kami meyakini bahwa rencana itu pasti menimbulkan keresahan dan kekhawatiran. Serta ketakutan yang luar biasa terhadap sosial kehidupan bermasyarakat. Lantaran kami semua sudah mengetahui dampak dari virus corona (CoVid+19) dari publikasi media selama ini," ujar Lukman, yang menjabat Ketua DPD II Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kepulauan Seribu.
Baca: Beri Efek Jera, GAMKI Dukung Kabareskrim Tindak Provokator Penolak Pembangunan Rumah Ibadah
Baca: Nikita Willy Rencanakan Boyong Teman-temannya ke Spanyol untuk Rayakan Ulang Tahun ke 26
Lukman kelahiran Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu juga menyebut, dengan adanya agenda tersebut, warga meminta pemerintah pusat dan daerah memberi kompensasi berupa jaminan kesehatan.
Seperti fasilitas kesehatan, posko kesehatan, dan alat pendukung lainnya, kepada masyarakat di wilayah terdekat yang dapat mendeteksi virus Corona.
"Kami juga meminta pemerintah mendatangkan dokter, psikiater ke Kepulauan Seribu. Karena saat ini kami tahu masalah ini tidak hanya berdampak kepada fisik, tetapi juga mental masyarakat Kepulauan Seribu," kata Lukman.
Selain itu, pihaknya meminta Kementerian Kesehatan RI wajib melakukan sosialisasi dan membuka fakta dan data, dari 188 WNI yang akan diobservasi.
"Kami juga meminta Pemerintah Pusat memberikan garansi keamanan terkait dengan kelangsungan sektor pariwisata, yang selama satu dekade ini menjadi sumber ekonomi masyarakat selain perikanan," tutur Lukman.
Adapun Direktur Pengelolaan Logistik dan Peralatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Rustian mengatakan, ada 760 lebih personel yang diterjunkan dalam proses observasi 188 Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi kru kapal World Dream di Pulau Sebaru Kecil.
Baca: Nangis Histeris di Kamar Mandi, Betrand Peto Ngaku Diancam Sosok Ini: Jangan Sentuh-sentuh Thalia!
Baca: Jadwal Acara TV Hari Ini, 28 Februari 2020: Film The Scorpion King 3 di GTV & LIDA 2020 di Indosiar
Proses observasi diperlukan untuk memastikan ratusan kru kapal itu terbebas dari virus corona.
Masa pelaksanaan observasi berlangsung selama 14 hari mulai Jumat (28/2/2020) hari ini dengan menerapkan protokol dan prosedur sesuai dengan organisasi kesehatan dunia atau WHO.
Diketahui, proses penjemputan Warga Negara Indonesia (WNI) kru Kapal World Dream dari Perairan Bintan, Kepulauan Riau, dilakukan pada Rabu (26/2/2020).
Diperkirakan WNI dan tim evakuasi yang menggunakan KRI Soeharso akan tiba di lokasi observasi di Pulau Sebaru, Pulau Seribu, Jumat ini.
Pulau Narkoba
Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta akan digunakan sebagai tempat observasi virus Corona terhadap 188 warga negara Indonesia (WNI).
Mereka adalah anak buah kapal pesiar World Dream yang tutup beroperasi di Hong Kong.
Pulau Sebaru dikenal sebagai tempat rehabilitasi narkotik dan obat-obatan berbahaya (narkoba).
Transportasi menuju Pulau Sebaru dari Jakarta adalah melalui jalur laut dan udara.
Transportasi laut, menggunakan kapal laut dari Marina Ancol atau melalui Pulau Harapan dan Pulau Kelapa.
Baca: Hasil Autopsi Balita Tanpa Kepala Samarinda Keluar, Terbukti Tak Dibunuh, Ini Penyebab Meninggal
Baca: Ketua DPR Bilang Wajar, Ada Putusan MA Tentang Larangan Merekam Saat Sidang
Jarak tempuh sekira 2 jam menggunakan kapal nelayan dari kedua pulau tersebut menuju Pulau Sebaru.
Sumarno (53 tahun), nakhoda kapal Marine Express, mengatakan Pulau Sebaru kerap digunakan untuk rehabilitasi narkotika dan kecanduan obat-obatan.
Pria yang mengendarai kapal jenis boat ini kerap mengantar mereka, yang merupakan tahanan Badan Narkotika Nasional (BNN) dari Jakarta daratan ke Kepulauan Seribu.
"Saya sering mengantar mereka dengan penjagaan ketat. Tapi itu sudah lama sekali. Saat Presidennya Susilo Bambang Yudhoyono," ujar Sumarno kepada Tribun Network, Kamis pagi.
Pulau Harapan dan Pulau Kelapa merupakan permukiman terdekat dari Pulau Sebaru.
Tim Tribun Network mengarungi lautan Kepulauan Seribu bersama nelayan yang menyewakan kapalnya ke sana.
Arus ombak cukup kencang dan tinggi. Air dari arah kiri dan kanan kapal kerap mengombang-ambingkan kapal.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG di 33 Kota Hari Ini, 28 Februari 2020: Bandar Lampung & Bandung Hujan Petir
Baca: Update Harga Terbaru HP Samsung di Akhir Bulan Februari 2020, Galaxy A51 hingga A71
Pengamanan di area Pulau Sebaru ketat, sehari menjelang ketibaan 188 WNI yang diangkut Kapal Perang RI (KRI) Dr Soeharso.
Kapal ukuran besar, Kapal Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh terparkir sekira 1 kilometer dari Pulau Sebaru.
Kapal itu digunakan untuk membawa logistik dari daratan. Dan digunakan untuk peristirahatan sejumlah anggota TNI.
Ketika kapal hendak bersandar di Pulau Sebaru, dua kapal yang ditumpangi Kopaska TNI AL tengah berpatroli.
Kapal lainnya memindahkan logistik dari KRI Banda Aceh ke daratan Pulau Sebaru.
Aktivitas padat tengah berlangsung demi kesiapan menyambut kedatangan 188 WNI yang hendak diobservasi.
Sejumlah prajurit TNI, tim dari Kementerian Kesehatan, tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan lainnya tengah bahu membahu mengangkat peralatan untuk kepentingan observasi.
"Welcome to Subaru Island. Cakrawala Sebaru drugs rehabilitation centre," tulisan di papan hitam ketika menginjakan kaki di Pulau Sebaru.
Baca: Bahas Banjir Jakarta, Sekda DKI Saefullah Ngaku Tak Salahkan Hujan, Singgung soal Tingkat Kepintaran
Baca: Viral Video Guru Dihukum Orangtua Murid, Merangkak Mengelilingi Ruang Kelas Dipandangi Semua Siswa
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis memeriksa kesiapan fasilitas observasi 188 WNI anak buah kapal World Dream di Pulau Sebaru, kemarin.
Setibanya di Pulau Sebaru, Hadi memimpin apel kesiapan Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) yang akan bertugas.
Usai memimpin apel Hadi meminta pasukan Kogasgabpad untuk memastikan seluruh fasilitas observasi dapat digunakan dengan baik.
"Apa-apa saja yang akan diperlukan, saya dan Bapak Kapolri akan mengecek secara langsung terutama terkait dengan messing, apakah AC-nya sudah dipasang. Kemudian dukungan-dukungan lainnya misalnya sanitasi, dapur umum, klinik kesehatan, dan tempat untuk berkegiatan sehari-hari bagi para WNI yang diobservasi," kata Hadi.
Hadi menekankan sejumlah yang perlu diperhatikan yakni alat transportasi, mengingat lokasi tersebut jauh dari pusat kota Jakarta.
Hadi meminta pasukan TNI untuk menyiapkan transportasi baik laut dan udara.
"Ada hal-hal yang perlu kita perhatikan terutama adalah alat transportasi karena pulau ini juga jauh dari Jakarta sehingga kita akan siapkan baik transportasi laut maupun udara apabila sewaktu-waktu dibutuhkan untuk mendukung kemungkinan kebutuhan terkait logistik dan obat-obatan," kata Hadi.
Baca: Siswi SMP Tewas di Gorong-gorong Sekolah Dibunuh Ayah Gegara Uang 400 Ribu, Dicekik di Rumah Kosong
Baca: Ayah Tega Perkosa Anak Kandung hingga Hamil Muda Sambil Mencekik, Padahal Istri Juga Hamil Tua
Hadi mengatakan pulau tersebut juga diperkuat dengan dukungan komunikasi lewat perkuatan BTS sehingga komunikasi dari pulau dengan Jakarta bisa terhubung dengan baik.
Ia berharap agar ombak tidak besar sehingga proses perpindahan para WNI yang akan diobservasi dapat berjalan lancar.
"Mudah-mudahan apa yang akan kita lakukan besok bisa berhasil seperti yang kita lakukan di Pulau Natuna," kata Hadi.
Setelah memimpin apel pasukan Hadi dan Idham meninjau kamar para WNI baik yang perempuan maupun laki-laki.
Jangan Cemas
Sementara Pemprov DKI menyatakan kesiapan mendukung arahan pemerintah pusat terhadap langkah pemulangan 188 WNI anak buah kapal (ABK) World Dream yang akan di observasi di Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu, Jakarta.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Dwi Oktavia mengatakan pihaknya sudah memberi sosialisasi dan edukasi secara intens terhadap warga di Kepulauan Seribu.
Langkah ini jadi penting mengingat sebelumnya terjadi peristiwa penolakan warga Kepulauan Riau, terhadap WNI peserta observasi yang dijemput dari Wuhan, China alias titik pertama virus Corona (Covid-19).
"Sejak tanggal 24 Februari hingga saat ini, kami (Pemprov DKI) bersama Bupati Kepulauan Seribu dan jajarannya terus memberikan sosialisasi dan edukasi kepada warga," kata Dwi saat dikonfirmasi, Kamis.
Dwi meminta masyarakat jangan cemas dan khawatir atas dipilihnya lokasi observasi di Pulau Sebaru. Lantaran kata dia, seluruh proses tahapan mulai dari penjemputan, pemulangan kembali, hingga observasi dilaksanakan penuh tanggung jawab dan sesuai protokol kesehatan.
"Masyarakat tidak perlu cemas. Seluruh proses dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab," ujar Dwi. (Tribun Network/den/suf/dng/git)