"Jadi kadang apa yang mereka alami adalah kekerasan seksual tapi mereka gak aware bahwa mereka telah menjadi korban," terang Vivi.
Vivi menyebutkan, ketidaktahuan ini juga bisa berasal dari normalisasi masyarakat terhadap jenis-jenis pelecehan.
"Jadi saat korban mau melapor malah dibilang 'yah itu kan sudah biasa seperti itu', akhirnya mereka urung untuk melapor," kata dia.
Faktor yang lainnya yaitu mengenai banyaknya penghakiman masyarakat yang justru cenderung menyalahkan korban.
"Seperti mengomentari pakaian mereka, waktu kejadian, dan seterusnya," lanjut Vivi.
Baca: Lindungi Perempuan dari Pelecehan Seksual, Gojek Berikan Layanan GoShield
"Ini membuat korban merasa malu dan takut disalahkan jika mereka mau melapor," sambungnya.
Selain itu, kurangnya sistem hukum yang melindungi korban juga menjadi faktor korban cenderung takut untuk melapor.
"Karena kurangnya sistem hukum yang melindungi korban sehingga seringkali banyak korban yang merasa percuma jika melaporkan," tutur Vivi.
Baca: Respons Pelecehan Seksual Siswi SMK, Menteri PPPA Prihatin, Imbau Masyarakat Tak Sebar Video
Menurut Vivi, sebagai korban pelecehan seksual, hal yang paling penting untuk dilakukan adalah penyembuhan trauma yang mereka alami.
"Mencari dukungan secara mental maupun hukum juga dapat dilakukan," tambah Vivi.
"Tapi butuh peran sekitar mereka untuk dapat menjadi sistem dukungan yang baik untuk korban agar korban dapat melaporkan kekerasan yang mereka alami," sambungnya.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta/Bima Putra) (Kompas.com)