News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ignaz Semmelweis Sosok Google Doodle Hari Ini, Jumat 20 Maret 2020, Siapakah Dia?

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ignaz Semmelweis Sosok Google Doodle Hari Ini, Jumat 20 Maret 2020, Siapakah Dia?

Ignaz Semmelweis mulai belajar hukum di Universitas Wina pada tahun 1837, tetapi pada tahun berikutnya, karena alasan yang tidak diketahui lagi, ia beralih ke bidang kedokteran.

Kemudian pada tahun 1844 ia telah berhasil dianugerahi gelar doktor dalam bidang kedokteran.

Baca: Profil Dokter Handoko Gunawan yang Viral Tangani Pasien Kena Virus Corona, Bukan Orang Sembarangan

Setelah itu, Semmelweis memperoleh spesialisasi dalam kebidanan.

Dokter terkenal, Carl von Rokitansky dan Joseph Skoda adalah gurunya.

Perjalanan Karir

Perjalanan karir Semmelweis dimulai ada tahun 1846, ia diangkat sebagai asisten Profesor Johann Klein di 'Klinik Obstetri Pertama' dari Rumah Sakit Umum Wina, dikutip Tribunnews.com dari laman Thefamouspeople.com, Jumat (20/3/2020).

Tugasnya meliputi memeriksa pasien, mengawasi persalinan, dan mengajar siswa kebidanan.

Saat Semmelweis bekerja sebagai asisten, ia selalu memperhatikan bahwa angka kematian di 'Klinik Pertama' jauh lebih tinggi daripada di 'Klinik Kedua'.

Demam nifas adalah penyebab dari kematian tersebut.

Ignaz Semmelweis Sosok Google Doodle Hari Ini, Jumat 20 Maret 2020, Siapakah Dia?

Pada tahun 1847, satu teman Semmelweis, Jakob Kolletschka, meninggal setelah secara tidak sengaja disodok dengan pisau bedah saat melakukan pemeriksaan post-mortem.

Saat otopsi, Semmelweis memperhatikan bahwa kondisi patologisnya mirip dengan kondisi wanita yang meninggal karena demam nifas.

Hal ini menyebabkan kecurigaan dalam benaknya bahwa kematian-kematian ini ada kaitannya dengan materi kadaver.

Semmelweis mendapat kesimpulan bahwa setelah para dokter memeriksa pasien, ia segera setelah melakukan otopsi, dan hal itu menyebabkan demam nifas.

Ia menyarankan kebijakan menggunakan larutan kapur diklorinasi untuk mencuci tangan setelah melakukan otopsi, dan hasilnya tingkat kematian di berkurang jauh.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini